23 May 2025

Get In Touch

Mengenal NPD, Gangguan Kepribadian Sering Disalahartikan Self-Love

Dosen FK Untag Surabaya, dr. Adinda Istantina, Sp.KJ. (Dok. pribadi)
Dosen FK Untag Surabaya, dr. Adinda Istantina, Sp.KJ. (Dok. pribadi)

SURABAYA (Lentera)– Fakultas Kedokteran (FK) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya kembali menggelar kegiatan Medtalk seputar kesehatan mental secara luring dan daring, pada Kamis (22/5/2025).

Dalam sesi bertema “Self-Love atau Self-Obsessed?: Mengenal Gangguan Kepribadian Narsistik atau NPD”, dosen FK Untag Surabaya, dr. Adinda Istantina Sp.KJ menjelaskan secara mendalam mengenai Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik.

Menurut dr. Adinda, NPD merupakan gangguan mental yang umumnya ditandai oleh tiga ciri utama.

“NPD adalah gangguan kepribadian yang menyebabkan seseorang merasa superior, haus akan validasi atau pujian, serta cenderung meremehkan orang lain,” ucapnya, Kamis (22/5/2025).

Ia menjelaskan penderita NPD umumnya tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan tersebut.

“Mereka sering merasa dirinya selalu benar dan cenderung menolak pandangan orang lain, sehingga sulit bagi mereka untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dalam cara berpikir maupun perilaku mereka,” jelasnya.

Mengacu pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), dr. Adinda mengungkapkan terdapat sembilan gejala NPD, dan seseorang bisa didiagnosis jika menunjukkan setidaknya lima dari gejala tersebut. 

Di antaranya: rasa percaya diri yang berlebihan, kebutuhan akan validasi secara terus-menerus, merasa berhak untuk diistimewakan, fantasi akan kesuksesan atau prestasi luar biasa, kebutuhan berlebihan untuk dikagumi.

Selanjutnya eksploitasi dalam hubungan interpersonal, kurangnya empati, iri terhadap orang lain atau menganggap orang lain iri padanya, serta perilaku yang angkuh dan sombong. Ia menyebut, jika NPD sering disalahartikan dengan self-love padahal keduanya berbeda. 

Menurutnya, self-love atau mencintai diri sendiri merupakan sikap menghargai, menerima, dan memperlakukan diri sendiri dengan baik, tanpa harus bersikap egois atau merasa lebih dari orang lain. 

"Self-love sehat disertai empati dan kesadaran bahwa orang lain juga penting. Sedangkan narsistik cenderung mengabaikan kebutuhan orang lain dan berpusat pada diri sendiri secara berlebihan," sebutnya.

dr. Adinda juga menyoroti pengaruh media sosial terhadap gejala narsistik, terutama pada kalangan muda.

“Media sosial menjadi sarana validasi instan. Ketika unggahan tidak mendapatkan validasi seperti yang diharapkan, individu bisa merasa kecewa, sakit hati, bahkan melakukan hal manipulatif untuk meraihnya,” tuturnya. 

Lebih jauh, ia mengungkapkan NPD dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk aspek neurobiologis, penurunan volume anatomi otak yang terkait dengan empati dan perhatian, serta faktor genetik atau keturunan.

Untuk itu, dr. Adinda mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam mencintai diri sendiri.

“Kita perlu sadar bahwa kita memiliki batas. Kembangkan kelebihan kita, tetapi tetap rendah hati. Karena kekurangan yang tidak disadari justru bisa menjadi penghambat dalam meraih kesuksesan,” pesannya.

Reporter: Amanah/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.