29 May 2025

Get In Touch

Sinyal PHK Industri Hotel, Malang dan Surabaya Tunjukkan Sinyal Positif

Novotel Surabaya Hotel (Ist)
Novotel Surabaya Hotel (Ist)

SURABAYA (Lentera) -Industri perhotelan nasional tengah berada dalam tekanan.

Hasil survei Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) Jakarta pada April 2025 menunjukkan, 70 persen pelaku usaha hotel di ibu kota mempertimbangkan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Jika tidak ada intervensi pemerintah, bahkan 90 persen responden mengaku telah memangkas pekerja harian dan 36,7 persen lainnya sudah mengurangi staf tetap.

Namun, kondisi ini ternyata tidak sepenuhnya seragam di berbagai daerah.

Salah satunya di Jawa Timur, khususnya Malang dan Surabaya yang justru menunjukkan sinyal positif meski tetap berhati-hati menghadapi tantangan yang ada.

Sugito Adhi, Cluster General Manager Grand Mercure Malang Mirama & Mercure Surabaya Grand Mirama, menilai okupansi selama Januari hingga Juni 2025 tidak bisa disamakan dengan periode sebelumnya.

"Karena bisnis pastinya tidak sama dengan di tahun sebelumnya jika kita compare. Bisa dibilang situasi okupansi saat ini cukup dinamis," ujar Sugito.

Meski demikian, ia menegaskan terus berupaya mengoptimalkan kinerja dengan melibatkan seluruh elemen, baik mitra maupun stakeholder, secara online dan offline. Sebab kolaborasi dan inovasi menjadi kunci.

"Meningkatkan kreativitas dalam menciptakan inovasi dan hal-hal baru sehingga menciptakan guest experiences yang berkesan. Meskipun tantangannya cukup berat karena tetap memerlukan campur tangan dari pemegang kebijakan pemerintahan," kata dia.

Sementara itu, Hafidz Ardiawan, Marcom Java Paragon Hotel & Residence Surabaya, mengungkapkan bahwa situasi di tempatnya mulai membaik. Ia menyebut tingkat okupansi dan pendapatan sempat menurun tajam, namun kini sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

"Saat ini kami belum ada untuk PHK. Kemarin memang berdampak terkait occupancy dan revenue setiap bulannya yg turun drastis. Tapi saat ini kami berharap sudah mulai normal kembali," ujar Hafidz.

Ia mengakui bahwa efisiensi yang terjadi di berbagai sektor, termasuk di kalangan pemerintah dan korporasi, turut memengaruhi performa hotel.

"Salah satunya yg memengaruhi ya kebijakan pemerintah adanya efisiensi. Tidak hanya government yang melakukan efisiensi. Akhirnya beberapa corporate juga melakukan hal yg sama sehingga berdampak ke kami," sambungnya, mengutip dari Kompas, Rabu (28/5/2025)

Dalam menghadapi masa-masa sulit, Java Paragon pun beradaptasi dengan menawarkan berbagai promo menarik, khususnya di lini restoran.

"Selain kita melakukan efisiensi. Kami juga membuat promo yang menarik khususnya di restoran kami. Tentunya dengan harga yang affordable," kata dia.

Meski beberapa daerah menunjukkan geliat positif, tekanan terhadap sektor perhotelan secara nasional tetap besar.

Para pelaku usaha berharap adanya kebijakan yang berpihak untuk menjaga keberlangsungan industri serta melindungi tenaga kerja yang menjadi tulang punggung sektor perhotelan ini (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.