14 June 2025

Get In Touch

Pakar UB Imbau Masyarakat Tak Panik Hadapi Lonjakan Covid-19, Hanya Sub Varian Omicron

(kiri) Pakar paru dari Universitas Brawijaya (UB), dr. Rezki Tantular, Sp.P dan Pakar virologi dari Fakultas Kedokteran UB, dr. Andrew William Tulle, M.Sc. (dok. Humas UB)
(kiri) Pakar paru dari Universitas Brawijaya (UB), dr. Rezki Tantular, Sp.P dan Pakar virologi dari Fakultas Kedokteran UB, dr. Andrew William Tulle, M.Sc. (dok. Humas UB)

MALANG (Lentera) - Pakar paru dari Universitas Brawijaya (UB), dr. Rezki Tantular, Sp.P mengimbau masyarakat untuk tidak panik menyikapi kembali melonjaknya kasus Covid-19 di sejumlah negara Asia. Ia menegaskan, virus yang beredar saat ini bukanlah varian baru, melainkan masih merupakan sub-varian dari Omicron.

"Apakah variannya baru? Jawabannya adalah tidak. Yang saat ini beredar adalah sub-varian dari Omicron, bukan varian baru," ujar dr. Rezki saat dikonfirmasi pada Rabu (11/6/2025).

Menurutnya, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Thailand, Singapura, dan Hong Kong merupakan bagian dari siklus alamiah virus. Yang memang bisa mengalami fase naik-turun dari waktu ke waktu. "Virus itu tidak akan pernah hilang sepenuhnya, tapi masyarakat tidak perlu panik. Yang terpenting adalah tetap menjaga kewaspadaan dan kesehatan," katanya.

Ia mencontohkan, Thailand mencatat lebih dari 50 ribu kasus dalam waktu delapan hari terakhir. Sementara total kasus dalam sebulan mencapai sekitar 100 ribu. Meski begitu, secara global, tren kasus justru menurun. "Brazil misalnya, sudah mengalami puncaknya pada Februari lalu," imbuhnya.

Di Indonesia sendiri, katanya, meski tidak dilakukan tes massal secara rutin, kasus Covid-19 masih terpantau dan sejauh ini tidak menunjukkan lonjakan signifikan. Hal ini, kata dr. Rezki, dipengaruhi oleh kekebalan populasi yang sudah terbentuk melalui vaksinasi maupun infeksi sebelumnya.

"Sekarang status Covid-19 di Indonesia sudah dianggap endemi, bukan pandemi lagi," tegasnya.

Meski demikian, dr. Rezki tetap mengingatkan pentingnya mengenakan masker saat sakit, menjaga daya tahan tubuh, dan mewaspadai informasi menyesatkan yang beredar di media sosial. Ia menyayangkan masih adanya hoaks yang menyebut vaksin Covid-19 tidak aman bagi ibu hamil dan anak-anak.

"Itu keliru. Justru pada saat kasus meningkat, vaksinasi sangat dianjurkan, termasuk bagi kelompok rentan," ucapnya. Ia juga mendorong masyarakat untuk melakukan cross-check terhadap setiap informasi yang diterima. Serta tidak mudah percaya pada kabar yang belum jelas kebenarannya.

Senada dengan dr. Rezki, pakar virologi dari Fakultas Kedokteran UB, dr. Andrew William Tulle, M.Sc, menegaskan virus SARS-CoV-2 masih ada meski intensitasnya menurun di Indonesia. Menurutnya, virus ini terus mengalami mutasi dan menghasilkan berbagai sub-varian baru yang tetap bersumber dari Omicron.

"Yang sekarang merebak masih merupakan keturunan dari Omicron. Di Thailand ditemukan XAC dan JN1, di Singapura LF7 dan NB1.8, sedangkan di Malaysia juga XAC dan JN1. Itu semua masih sub-varian Omicron," jelas dr. Andrew.

Ia menambahkan, mutasi pada varian-varian tersebut membuat virus lebih kuat dalam berikatan dengan reseptor saluran pernapasan, sehingga penularannya menjadi lebih mudah. Namun, jalur penularannya masih sama, yakni melalui droplet dari batuk atau bersin. (*)

Reporter: Santi Wahyu
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.