14 June 2025

Get In Touch

Studi Ungkap Bulan Simpan Logam Mulia Rp 16.300 T

Bulan (dok. NASA)
Bulan (dok. NASA)

JAKARTA (Lentera) - Bulan mungkin akan menjadi tempat bagi manusia mencari harta karun logam mulia langka di masa depan. Sebab, menurut studi yang terbit di jurnal Planetary and Space Science, satelit alami Bumi tersebut diyakini menyimpan sejumlah besar logam mulia dengan nilai estimasi lebih dari 1 triliun dolar AS, atau setara sekitar Rp 16.300 triliun (dengan kurs Rp 16.298).

Konon, logam mulia tersebut berada di dalam kawah-kawah Bulan. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2020 mengungkap bahwa terdapat lebih dari 109.000 kawah baru yang terbentuk di kawasan lintang rendah dan menengah Bulan.

“Kawah Bulan terbentuk saat asteroid, meteroid, atau komet yang biasanya bergerak lebih cepat dari kecepatan suara, menukik ke permukaan Bulan,” jelas NASA.

“Energi objek tersebut–yang ditentukan oleh ukuran, kepadatan, dan kecepatan– serta jenis permukaan yang ditabraknya dan sudut tabrakannya, semua menjadi faktor yang menentukan jenis kawah yang terbentuk akibat benturan dahsyat.”

Benturan antara asteroid dan permukaan Bulan ini memungkinkan jejak logam mulai tertinggal. Sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Martin Elvis, ilmuwan dari Center for Astrophysics — Harvard & Smithsonian, mencoba memperkirakan jumlah asteroid dekat Bumi yang mengandung bijih logam mulia pada 2014.

Kemudian, tim periset baru yang dipimpin oleh ilmuwan dan astronom independen, Jayanth Chennamangalam, menerapkan teknik probabilistik ini pada asteroid yang menghantam permukaan bulan, dan mencoba memperkirakan berapa banyak sisa asteroid mengandung bijih yang berada di Bulan.

Ini adalah tugas yang sulit karena para peneliti harus menilai ukuran penumbuk, logam yang dikandungnya, dan berapa banyak asteroid yang akan menghantam Bulan dengan kecepatan yang dapat mempertahankan logam mulai tetap di permukaan Bulan.

Menariknya, mereka menemukan hampir 6.500 kawah berpotensi mengandung logam mulia dalam jumlah yang layak untuk ditambang secara komersial.

“Ketika kami mempertimbangkan kawah pada atau di atas ambang batas diameter 1 km, kami memperkirakan batas atas kawah dengan sisa-sisa asteroid yang mengandung sejumlah besar logam golongan platinum dan batas atas kawah dengan sisa-sisa asteroid yang mengandung sejumlah besar air dalam bentuk mineral terhidrasi,” papar tim dalam studinya.

“Untuk ambang batas yang lebih konservatif yaitu 5 kilometer, kami memperkirakan kawah dengan sisa-sisa asteroid yang mengandung sejumlah besar logam golongan platina. Nilai-nilai ini satu hingga dua kali lipat lebih besar daripada jumlah asteroid dekat Bumi yang mengandung bijih yang diperkirakan oleh Elvis (2014), yang menyiratkan bahwa mungkin lebih menguntungkan untuk menambang asteroid yang telah menabrak Bulan daripada yang berada di orbit.”

Menurut perkiraan kasar yang diberikan oleh Chennamangalam kepada New Scientist, mungkin ada harta karun platinum berharga dan logam lainnya senilai lebih dari Rp 16.300 triliun yang tersimpan di Bulan.

“Saat ini, astronomi dilakukan untuk memuaskan rasa ingin tahu kita," papar peneliti dalam studinya.

"Astronomi memiliki sangat sedikit aplikasi praktis dan sebagian besar dibiayai oleh uang pembayar pajak, yang berarti bahwa pendanaan penelitian bergantung pada kebijakan pemerintah. Jika kita dapat memonetisasi sumber daya luar angkasa–baik di bulan maupun di asteroid– perusahaan swasta akan berinvestasi dalam eksplorasi Tata Surya." 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.