
SURABAYA (Lentera) - Perhiasan dan aksesori tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap gaya, tetapi juga memiliki nilai simbolis tersendiri. Contohnya adalah cincin, yang bukan sekadar memperindah jari, melainkan juga melambangkan ikatan cinta, khususnya dalam momen pernikahan.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Stephanie Poetri. Putri bungsu dari Diva Indonesia, Titi Dj, ini memilih untuk tidak mengenakan cincin saat menikah dengan pasangannya di Beverly Hills Courthouse, Amerika Serikat.
Lewat caption di unggahan Instagram pribadinya, Titi DJ menjelaskan bahwa Stephanie memiliki fobia atau takut terhadap perhiasan. “Stephanie phobia terhadap segala sesuatu yang berbentuk jewelry, jadi mereka berdua tidak memakai cincin. Tapi mereka akan punya sesuatu untuk menandakan bahwa mereka telah terikat satu sama lain,” tulis Titi.
Definisi Kosmemophobia dilansir Drlogy adalah fobia spesifik yang ditandai dengan ketakutan intens terhadap perhiasan. Seseorang dengan fobia ini memiliki gangguan kecemasan berupa ketakutan saat merias diri.
Saat mengenakan perhiasan mereka cenderung mengalami tekanan berlebih yang dipicu berbagai faktor seperti ketidaknyamanan, persepsi adanya kontaminasi, atau ketakutan akan cedera. Fobia ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari termasuk pengambilan keputusan dalam momen bahagia seperti yang dialami oleh Stephanie Poetri .
Gejala Kosmemophobia
Dilansir dari beberapa sumber, gejala kosmemophobia memiliki kesamaan dengan fobia lainnya seperti
Gejala Fisik
Ini adalah reaksi tubuh yang muncul secara otomatis saat penderita berhadapan dengan sesuatu yang dianggap “tidak sempurna”:
Jantung berdebar cepat: Tubuh merespons ancaman dengan reaksi "fight or flight", meskipun ancamannya tidak nyata.
Napas pendek atau tersengal: Karena rasa cemas yang meningkat.
Keringat dingin: Tubuh mencoba mengatur suhu akibat stres mendadak.
Mual atau tidak enak perut: Reaksi cemas berat bisa memengaruhi sistem pencernaan.
Pusing atau ingin pingsan: Gejala cemas ekstrem bisa membuat tubuh terasa tidak stabil.
Tegang atau gemetar: Tanda ketegangan saraf akibat paparan ketidaksempurnaan.
Gejala Emosional
Ini berkaitan dengan perasaan dan pikiran yang muncul saat melihat atau memikirkan hal yang tidak sempurna:
Rasa takut atau cemas yang intens: Penderita merasa tidak nyaman secara emosional hanya karena melihat hal kecil yang menurutnya tidak sempurna.
Perasaan jijik atau muak: Benda atau orang yang tidak simetris, rusak, atau dianggap "cacat" bisa menimbulkan reaksi emosional yang berlebihan.
Stres berlebihan: Misalnya, stres hanya karena melihat posisi lukisan yang sedikit miring atau noda kecil di baju.
Intoleransi terhadap kekurangan: Mereka sulit menerima kenyataan bahwa dunia dan manusia tidak bisa selalu sempurna.
Gejala Perilaku
Ini tampak dari kebiasaan atau tindakan penderita dalam kehidupan sehari-hari:
Menghindari objek atau situasi tertentu: Contohnya, tidak mau bertemu orang dengan bekas luka, atau tidak mau masuk kamar yang berantakan.
Obsesi menyempurnakan sesuatu: Misalnya, menyusun ulang benda berulang-ulang agar terlihat simetris atau rapi, meskipun sudah cukup baik.
Mudah terdistraksi oleh ketidaksempurnaan: Penderita tidak bisa fokus karena pikirannya hanya terpusat pada hal yang dianggap tidak ideal.
Menuntut standar tinggi yang tidak realistis: Mereka bisa jadi sangat mengkritik orang lain atau dirinya sendiri atas hal kecil yang dianggap "kurang".
Apa Sih Penyebab Kosmemophobia?
Kosmemophobia, atau ketakutan berlebihan terhadap perhiasan, belum memiliki penyebab tunggal yang jelas, tetapi beberapa faktor yang diduga menjadi pemicunya.
Pengalaman Traumatis
Seseorang mungkin pernah mengalami kejadian traumatis yang melibatkan perhiasan, seperti kecelakaan, pencurian, atau situasi memalukan lainnya. Pengalaman ini dapat menyebabkan rasa takut yang berlebihan terhadap perhiasan di masa depan.
Kepercayaan Budaya atau Agama
Beberapa budaya atau agama mungkin memiliki kepercayaan atau mitos tertentu tentang perhiasan yang bisa memicu ketakutan atau ketidaknyamanan pada individu tertentu.
Kepekaan Sensorik
Beberapa orang mungkin memiliki kepekaan sensorik yang lebih tinggi terhadap tekstur, berat, atau bahkan bau perhiasan, yang bisa menyebabkan rasa tidak nyaman dan memicu rasa takut.
Takut Kehilangan atau Dicuri
Ketakutan berlebihan terhadap kehilangan atau pencurian perhiasan berharga juga bisa menjadi faktor penyebab kosmemophobia.
Kecemasan Umum atau Gangguan Mental Lainnya
Kosmemophobia juga bisa menjadi bagian dari gangguan kecemasan umum atau gangguan mental lainnya, seperti PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).
Faktor Keturunan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fobia, termasuk kosmemophobia, bisa memiliki komponen genetik yang membuat seseorang lebih rentan mengalaminya.
Apakah Bisa Diobati?
Dilansir Drlogy, fobia ini dapat diobati dengan melakukan beberapa perawatan terapis psikologi. Diantaranya meliputi:
Terapi pemaparan
Perawatan ini dilakukan dengan cara menjelaskan mengenai perhiasan secara bertahap untuk mengurangi respons rasa takut. Caranya luangkan waktu sebanyak 15 menit setiap hari secara bertahap. Cobalah untuk mempelajari sejumlah kecil perhiasan.
Restrukturisasi kognitif
Selanjutnya perawatan ini mencoba menantang dan membingkai ulang keyakinan irasional tentang kosmetik. Berlatihlah untuk afirmasi positif terhadap diri sendiri setiap 10 menit dan lawan segala pikiran buruk tentang perhiasan.
Teknik relaksasi
Cara ini berupa latihan menenangkan untuk mengelola gangguan kecemasan terkait perhiasan. Lakukan relaksasi selama 5 menit, seperti teknik pernafasan atau relaksasi otot sembari menggunakan perhiasan
Mediasi Kesadaran
Perawatan ini berfokus dalam mengurangi gejala fobia. Jangan langsung sekaligus mencoba ya, Ladies, kamu bisa lakukan secara bertahap. Manfaatkan teknologi realitas virtual untuk membuat simulasi realistis skenario terkait perhiasan. Lalu paparkan dirimu terkait perhiasan secara virtual
Mengikuti komunitas yang serupa
Nah, Ladies, ini salah satu cara lain adalah menjalin relasi dengan orang lain yang memiliki ketakutan serupa untuk saling memberikan dukungan. Kamu bisa mencoba berbagi pengalaman, tantangan, dan keberhasilan dengan orang lain yang memahami rasa takut terhadap perhiasan.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber