19 June 2025

Get In Touch

Alasan Perempuan Lebih Rentan Terkena Migrain

Ilustrasi migrain atau sakit kepala (mims.com)
Ilustrasi migrain atau sakit kepala (mims.com)

SURABAYA (Lentera) - Migrain adalah bentuk sakit kepala yang dapat mengganggu aktivitas harian secara signifikan. Nyeri yang terasa berdenyut, biasanya di satu sisi kepala, sering disertai dengan mual, muntah, serta kepekaan terhadap cahaya dan suara, sehingga penderitanya kerap terpaksa menghentikan kegiatannya. Menariknya, migrain lebih banyak dialami oleh perempuan dibanding laki-laki, terutama ketika memasuki usia dewasa.

Menurut berbagai penelitian medis, perempuan tiga kali lebih berisiko mengalami migrain dibanding laki-laki. Kondisi ini sangat berkaitan erat dengan faktor hormonal yang secara alami terjadi dalam tubuh perempuan, terutama yang berkaitan dengan siklus menstruasi, kehamilan, hingga menopause. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang alasan perempuan lebih rentan terkena migrain serta bagaimana cara mengelolanya.

Peran Hormon dalam Migrain pada Perempuan

Salah satu penyebab utama perempuan lebih rentan terkena migrain adalah fluktuasi hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini berperan penting dalam siklus menstruasi dan dapat memengaruhi zat kimia di otak yang mengatur rasa sakit. 

Ketika kadar hormon, terutama estrogen, menurun secara drastis menjelang menstruasi, banyak perempuan mengalami jenis sakit kepala tertentu yang disebut sebagai "menstrual migraine". 

Kondisi ini bukan sekadar sakit kepala biasa, melainkan bisa disertai dengan gejala berat seperti nyeri berdenyut di satu sisi kepala, mual, muntah, hingga sensitivitas terhadap cahaya dan suara.

Tak hanya saat menstruasi, perubahan hormon juga terjadi saat kehamilan, menyusui, hingga masa perimenopause. Selama masa-masa ini, sebagian perempuan mungkin mengalami perbaikan gejala, namun sebagian lainnya justru merasakan migrain yang lebih parah. Pemahaman akan pola hormonal ini penting untuk mengatur gaya hidup dan memilih pengobatan yang sesuai.

Migrain Menjelang dan Selama Menstruasi

Banyak perempuan mengalami migrain yang muncul secara konsisten menjelang atau saat hari pertama menstruasi. Kondisi ini disebut menstrual-related migraine, dan biasanya terjadi tanpa aura. 

Serangan migrain yang muncul selama periode menstruasi biasanya dirasakan lebih menyiksa dibanding migrain yang terjadi di waktu lain dalam sebulan. Rasa sakitnya bisa lebih tajam, berdenyut, dan menyebar ke bagian kepala tertentu, bahkan terkadang disertai dengan mual hebat, muntah, atau gangguan penglihatan. 

Durasi migrain ini pun cenderung lebih lama, bisa berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari penuh. Hal ini membuat penderitanya sulit menjalani aktivitas harian seperti bekerja, belajar, atau bersosialisasi. 

Karena keterkaitannya yang kuat dengan fluktuasi hormon, terutama penurunan kadar estrogen, migrain jenis ini kerap kembali secara rutin tiap bulan. Bagi sebagian perempuan, kondisi ini bisa sangat melelahkan secara fisik maupun mental, dan membutuhkan penanganan medis atau strategi pencegahan khusus untuk meredakannya.

Untuk mengatasinya, dokter biasanya merekomendasikan terapi pencegahan seperti konsumsi magnesium, pengaturan pola makan, hingga terapi hormonal jika dibutuhkan. 

Mencatat siklus menstruasi dan waktu munculnya migrain juga bisa membantu mengidentifikasi pola dan menentukan strategi pencegahan yang lebih efektif.

Stres dan Beban Emosional 

Selain faktor biologis, stres emosional juga berperan besar dalam memicu migrain. Perempuan cenderung lebih sensitif terhadap stres, baik karena tekanan pekerjaan, peran sebagai ibu, maupun beban sosial lainnya. Kombinasi antara tekanan mental dan perubahan hormonal bisa memperparah serangan migrain.

Mengelola stres dengan baik sangat penting bagi perempuan yang rentan migrain. Beberapa teknik seperti meditasi, yoga, olahraga ringan, dan cukup tidur telah terbukti membantu mengurangi frekuensi dan intensitas migrain. Gaya hidup yang seimbang dan dukungan emosional juga sangat berpengaruh dalam menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Solusi dan Pengelolaan Migrain 

Mengatasi migrain pada perempuan membutuhkan pendekatan yang menyeluruh—tidak hanya meredakan rasa sakit, tetapi juga mencegah kemunculannya. Mengidentifikasi pemicu seperti makanan tertentu, kurang tidur, atau perubahan hormon dapat membantu menghindari serangan yang berulang. Beberapa perempuan juga mendapatkan manfaat dari terapi penggantian hormon (HRT) atau penggunaan kontrasepsi tertentu di bawah pengawasan medis.

Selain itu, penting untuk melakukan konsultasi rutin dengan dokter, terutama jika migrain berlangsung lebih dari 15 hari dalam sebulan. Terapi pencegahan seperti obat anti-migrain, suplemen magnesium, hingga perubahan pola hidup bisa sangat efektif jika disesuaikan dengan kondisi tubuh dan kebutuhan individu.

Migrain pada perempuan memang lebih kompleks karena dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama hormon. Namun, dengan pemahaman yang tepat, pola hidup yang sehat, dan pengelolaan stres yang baik, migrain bisa dikendalikan agar tidak mengganggu aktivitas harian.

Jika kamu seorang perempuan yang sering mengalami migrain, jangan anggap remeh keluhan tersebut. Catat pola kemunculannya, konsultasikan dengan tenaga medis, dan cari strategi yang paling cocok untuk dirimu. Dengan penanganan yang konsisten, kualitas hidup tetap bisa optimal meski memiliki riwayat migrain.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.