
SURABAYA (Lentera)- Usulan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin soal insentif Rp30 juta untuk para dokter spesialis di daerah terpencil mendapat sambutan positif. Namun ada catatan yang diberikan oleh kalangan dokter.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) Dr Djazuly Chalidyanto SKM MARS mengatakan pemberian insentif ini perlu dibarengi faktor pendukung lain. Mulai dari perawat hingga ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai.
"Pemberian insentif itu baik, tapi bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah kekurangan dokter,” kata Djazuly, Sabtu (28/6/2025).
"Aspek kemajuan teknologi, kultur, psikologis, dan sebagainya, menjadi hal-hal yang juga dipertimbangkan," jelasnya.
Sehingga ada banyak faktor lain, selain terkait finansial dokter, yang harus turut diperbaiki demi menunjang tercapainya pemerataan tenaga kesehatan di Indonesia.
Sehingga indikator klinis juga perlu menjadi capaian yang riil. Misalnya angka infeksi, tingkat kesembuhan, dan lain-lain. Sementara, indikator nonklinis, misalnya bagaimana kepuasan masyarakat setempat dengan adanya dokter spesialis itu juga perlu diperhatikan.
“Kebijakan ini baik untuk jangka pendek. Tapi perlu adanya evaluasi yang sangat ketat, karena memang secara konsep untuk meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan itu faktor utama adalah tenaga kesehatan. Seringkali pemerintah hanya melihat ‘oh sudah ada dokter spesialis’ tapi tidak melihat apakah masyarakat happy, dokternya happy ngga,” tutupnya.
Sebelumnya, Menkes Budi menyebut, saat ini, Indonesia kekurangan dokter spesialis di daerah terpencil. Dengan adanya insentif hingga Rp30 juta, diharapkan dokter spesialis mau di tempatkan di daerah terpencil.Rencananya, insentif tersebut diberikan per bulan di luar gaji pokok.
Rencananya, intensif tersebut akan diberikan kepada tujuh jenis dokter spesialis dasar. Di antaranya dokter spesialis penyakit dalam, anak, anestesi, obstetri dan ginekologi atau obgin, bedah, patologi klinik, serta dokter program KJSU (kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi).
Reporter: Amanah/Editor:Widyawati