09 July 2025

Get In Touch

Ablasi Retina, Masalah Serius yang Dialami Dewi Yull

Dewi Yull mengalami ablasi retina pada mata kanannya. (Istimewa)
Dewi Yull mengalami ablasi retina pada mata kanannya. (Istimewa)

SURABAYA (Lentera) - Ablasi retina atau retinal detachment adalah kondisi ketika retina mengalami robekan. Kondisi inilah yang menimpa penyanyi dan aktris senior Dewi Yull hingga menyebabkan mata kanannya kehilangan fungsi penglihatan.

Dokter spesialis mata dr Elvioza, SpM(K), menjelaskan semakin bertambahnya usia, retina yang sudah tipis ini akan semakin tipis.

"Jadi, awalnya terjadi robekan dulu pada retina. Kemudian, dari robekan ini masuk cairan, hingga retinanya terlepas," kata dr Elvioza, dikutip pada Senin (7/7/2025).

"Setelah retina terlepas, yang kita sebut sebagai ablasio retina atau retina detachment ini. Nah, penglihatan terganggu sampai hilang penglihatan," tambahnya.

Salah satu faktor pemicu terjadinya ablasio retina adalah miopi atau mata dengan minus yang sangat tinggi. dr Elvioza menyebut mata minus yang tinggi itu sudah di atas lima.

Seperti yang diketahui, kedua mata Dewi Yull memang minus. Sebelah kanan mencapai minus 25 dan minus 19 pada mata kiri.

Menurut dr Elvioza, dengan bertambahnya usia, retina yang sudah tipis ini akan semakin tipis. Sehingga mudah terjadi robekan, retina terlepas, hingga terjadi ablasio retina.

"Jadi, biasanya ablasio retina terjadi pada orang-orang tua yang usia tua di atas 50 tahun. Karena semakin bertambahnya usia, retina semakin rapuh. Apalagi pada orang yang sudah dasarnya punya minus tinggi, semakin rapuh," jelasnya.

Ketika ditanya penyebab lainnya, dr Elvioza menekankan dalam dunia kedokteran tidak ada istilah penyebab atau sebab akibat. Lebih pada faktor risiko seseorang yang bisa mengalami ablasio retina.

dr Elvioza menyebutkan beberapa faktor risiko yang bisa membuat seseorang kemungkinan besar mengalami kondisi tersebut.

"Hal-hal yang memberikan risiko terjadi operasi retina tadi minus tinggi di atas lima, usia di atas 50 tahun atau lebih," kata dr Elvioza.

"Selain itu bisa juga karena terjadinya trauma atau pernah ada benturan pada matanya, pernah terjadi peradangan pada mata, hingga genetik atau keturunan," tuturnya.

Jenis dan Penyebab 

Ablasi retina terjadi ketika retina mata terlepas dari pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi. Berdasarkan mekanisme yang menyebabkan lepasnya retina mata, ablasi retina terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu:

Ablasi retina regmatogenosa

Ablasi retina regmatogenosa merupakan jenis ablasi retina yang paling sering terjadi. Ablasi retina jenis ini terjadi ketika robekan pada retina membuat cairan di tengah bola mata (cairan vitreus) merembes masuk dan menumpuk di belakang retina. Kondisi tersebut membuat lapisan retina terlepas dari dasarnya.

Umumnya, robekan pada ablasi retina regmatogenosa terjadi akibat perubahan tekstur pada cairan vitreus seiring pertambahan usia. Robekan juga bisa terjadi karena beberapa kondisi, yaitu rabun jauh, cedera mata, serta operasi mata.

Ablasi retina eksudatif

Ablasi retina eksudatif terjadi ketika terdapat cairan atau darah yang menumpuk di belakang retina sehingga retina terlepas. Akan tetapi, pada jenis ini, cairan yang menumpuk tidak menimbulkan robekan pada retina.

Penumpukan cairan di mata umumnya terjadi akibat kebocoran pembuluh darah atau adanya pembengkakan di bagian belakang mata. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera atau trauma pada mata, degenerasi makula, tumor mata, serta peradangan pada mata. Selain itu, penyebab lainnya adalah penyakit Coats, yaitu penyakit langka yang menyebabkan kelainan perkembangan pada retina mata.

Ablasi retina traksional

Jenis ini terjadi ketika terdapat jaringan parut yang membuat retina tertarik dan lepas. Jaringan parut ini umumnya terbentuk akibat retinopati diabetik, yaitu gangguan mata yang terjadi pada penderita diabetes. Retinopati diabetik dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah mata.

Dengan kata lain, ablasi retina traksional lebih sering dijumpai pada penderita diabetes yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.

Faktor Risiko

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami ablasi retina. Risiko ini lebih tinggi pada individu yang berusia di atas 50 tahun, pernah mengalami ablasi retina sebelumnya, atau memiliki riwayat ablasi retina dalam keluarga. 

Cedera parah pada mata juga dapat memicu kondisi ini, begitu pula dengan penderita rabun jauh (miopia) yang parah. Selain itu, orang yang pernah menjalani operasi mata, seperti operasi katarak, atau yang menderita penyakit mata tertentu seperti radang pada lapisan tengah mata (uveitis), juga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami ablasi retina.

Pencegahan 

Ablasi retina tidak selalu dapat dicegah, terutama jika disebabkan oleh proses penuaan. Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya. Salah satunya adalah dengan rutin memeriksakan kesehatan mata, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti diabetes, hipertensi, atau berusia lanjut. 

Penggunaan alat pelindung mata saat berolahraga juga penting untuk menghindari cedera serius pada mata. Selain itu, segera konsultasi ke dokter mata jika muncul gejala seperti floaters, kilatan cahaya (flash), atau perubahan pada penglihatan. 

Pemeriksaan mata sebaiknya dilakukan minimal sekali dalam setahun, dan bisa lebih sering jika mengidap diabetes. Mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah secara rutin juga membantu menjaga kesehatan pembuluh darah retina. Penggunaan pelindung mata saat melakukan aktivitas yang berisiko terhadap mata pun sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya cedera yang bisa memicu ablasi retina. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.