
SURABAYA (Lentera)— Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko, mengungkapkan, krisis hunian terjangkau di Kota Surabaya memburuk.
Politisi dari Fraksi Gerindra ini mengusulkan model rusun terintegrasi dengan pasar tradisional. Terinspirasi dari Pasar Rumput Jakarta yang menggabungkan tiga lantai pasar dan 22 lantai hunian di atasnya. Konsep serupa dinilai cocok diterapkan di Surabaya.
“Pasar Keputran, Tambakrejo, dan Wonokromo bisa direvitalisasi menjadi rusun terintegrasi. Model ini sudah kita lihat secara parsial di Tambakrejo, di mana di atas pasar berdiri Kaza Mall dan hotel Palm Park,” jelasnya, Jumat (11/7/2025).
Srbab menurutnya, meskipun Pemerintah Kota (Pemkot) telah menyediakan 23 rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dengan total 5.233 unit, antrean warga masih membengkak hingga 14.000 pendaftar per Maret 2025.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa kebutuhan hunian vertikal di Surabaya sudah sangat mendesak dan tidak bisa ditangani dengan pendekatan biasa,” ungkap Yona,
Menurut Wakil Ketua DPC Gerindra Surabaya itu, konsep integrasi ini tidak hanya menjawab krisis hunian, tetapi juga menghidupkan pasar tradisional. “Penghuni rusun otomatis menjadi pelanggan pasar. Fungsi ekonomi dan sosial bisa berjalan beriringan,” tambahnya.
Ia juga menilai keterbatasan lahan di pusat kota menuntut pendekatan vertikal dan efisien. Revitalisasi pasar menjadi hunian bertingkat diyakini menjadi solusi konkret yang bisa segera dijalankan.
Yona menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor. Ia menyebut pembangunan kota tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah daerah, tetapi juga melibatkan pengembang dan pemangku kepentingan lainnya.
“Wali Kota sendiri sudah bilang, Surabaya tidak bisa dibangun sendirian. Karena itu, Pansus juga mengundang REI, Apersi, dan YKP untuk menyambut itikad baik ini,” katanya.
Ia berharap Pemkot lebih terbuka dalam memberikan ruang kepada pengembang lokal demi mempercepat realisasi proyek hunian rakyat.
“Jangan sampai ada sekat. Keterbukaan menjadi kunci dalam kerja sama dengan pihak ketiga,” tegasnya.
Selain soal teknis dan perencanaan, Yona juga menyoroti pentingnya publikasi. Ia menilai peran media selama ini belum maksimal dalam menyosialisasikan program strategis Pemkot, termasuk pemanfaatan aset daerah.
“Programnya sudah bagus, tapi kurang gaung. Mari libatkan media dan jurnalis untuk lebih masif menyuarakan program perumahan dan aset kota,” pungkasnya.
Reporter: Amanah/Editor:Widyawati