
WASHINGTON (Lentera) - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada, Jumat (18/7/2025) waktu setempat kembali menegaskan ancamannya untuk mengenakan tambahan tarif impor sebesar 10 persen, terhadap negara-negara anggota kelompok ekonomi BRICS. Dalam pernyataannya, Trump bilang organisasi BRICS bisa tidak berumur panjang jika menentang kebijakan Amerika Serikat.
"Ketika saya mendengar tentang kelompok BRICS ini, yang terdiri dari enam negara, pada dasarnya, saya menyerang mereka dengan sangat, sangat keras. Dan jika mereka benar-benar terbentuk, itu akan segera berakhir," ujar Trump dilansir Reuters mengutip Kompas.com, Minggu (20/7/2025).
Trump tidak menyebut secara rinci enam negara BRICS yang ia maksud, hanya saja memberi penegasan bahwa tidak boleh ada pihak manapun yang mempermainkan AS.
Sebagaimana diketahui, Donald Trump sebelumnya telah menyatakan komitmen untuk mempertahankan status global dollar AS sebagai mata uang cadangan dan berjanji tidak akan pernah mengizinkan penciptaan mata uang digital bank sentral di Amerika.
Adapun tarif impor tambahan sebesar 10 persen sebelumnya disampaikan Donald Trump pada 6 Juli 2025. Pemimpin Amerika Serikat tersebut bilang, tambahan tarif akan berlaku bagi negara mana pun yang bersekutu dengan apa yang disebutnya "kebijakan Anti-Amerika" dari kelompok BRICS.
Sejak mengeluarkan ancaman tersebut, Trump telah berulang kali mengeklaim bahwa kelompok tersebut dibentuk untuk merugikan Amerika Serikat dan peran dollar sebagai mata uang cadangan dunia.
Para pemimpin BRICS telah menolak klaim bahwa kelompok tersebut anti-Amerika. Brasil pada Februari membatalkan rencana, untuk mendorong mata uang bersama selama masa keketuaan di BRICS sepanjang 2025. Akan tetapi BRICS sendiri sedang mematangkan rencana pembayaran lintas batas, yang dikenal sebagai BRICS Pay yang akan memfasilitasi perdagangan dan transaksi keuangan dalam mata uang lokal.
Pada mulanya, BRICS dibentuk oleh lima negara, yakni Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Saat ini anggota BRICS telah bertambah menjadi 11 negara dengan bergabungnya Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Ethiopia, Indonesia, dan Iran.
Indonesia sendiri melalui Presiden Prabowo Subianto, baru saja menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS pada 6-7 Juli 2025 di Brasil. Dalam forum tersebut, delegasi dari berbagai negara anggota BRICS mengkritik kebijakan tarif yang dinilai menimbulkan ketidakpastian dan menghambat pembangunan global.
Sementara itu, Indonesia sendiri saat ini sudah mendapatkan ketentuan tarif impor 19 persen dari AS. Ketentuan itu berdasarkan kesepakatan pemerintah Indonesia dengan Amerika. Selain itu, kesepakatan juga menegaskan bahwa barang-barang AS yang masuk ke Indonesia tidak akan dikenai tarif.
Pemerintah RI saat ini masih mengupayakan penurunan tarif 0 persen, untuk sejumlah komoditas ekspor unggulan ke Amerika. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan, negosiasi tarif 0 persen ini diupayakan untuk komoditas ekspor utama seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), kopi, kakao, hingga nikel.
"Masih (berlanjut negosiasinya). Jadi kan gini, kemarin Bapak Presiden menyampaikan bahwa tarif resiprokal kita kemarin dari Trump sudah memutuskan final 19 persen, tapi masih ada ruang negosiasi di sana," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Dia menambahkan, komoditas yang tengah diupayakan dapat turun hingga 0 persen ini tidak terbatas pada komoditas sumber daya alam (SDA). Tetapi masih ada banyak produk lainnya yang tengah dimintakan ke Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) untuk dibebaskan dari bea masuk, terutama untuk komoditas yang sangat dibutuhkan oleh AS dan hanya bisa didapatkan dari Indonesia atau hanya reliabel untuk diimpor dari Indonesia.
"Jadi itu masih kita negosiasikan banyak sekali dan mudah-mudahan itu bisa 0 persen," kata Susi.
Dengan begini, nantinya tidak seluruh barang Indonesia yang masuk ke AS dikenakan tarif impor 19 persen karena akan ada beberapa komoditas yang dibebaskan dari tarif ini.
"Jadi tidak semuanya kena tarif resiprokal yang final 19 persen," pungkasnya.
Editor: Arief Sukaputra