
SURABAYA (Lentera) - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan mengalami insufisiensi vena kronis, suatu kondisi kesehatan yang ditandai dengan pembengkakan pada kaki dan memar di tangan. Mengutip Al Jazeera, juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa kondisi tersebut bersifat ringan dan cukup umum terjadi. Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah yang menghambat aliran darah secara normal, sebagaimana disampaikan pada Kamis (17/7/2025).
Apa Itu Insufisiensi Vena Kronis?
Insufisiensi vena kronis (chronic venous insufficiency (CVI) masalah kesehatan menghambat aliran darah bebas dari kaki ke jantung karena kerusakan vena.
Akibatnya, darah terkumpul di kaki menyebabkan peningkatan tekanan di bagian tersebut, hingga bisa berakibat pecah kapiler jika kondisi ini tak segera ditangani, menurut situs web Cleveland Clinic. Kapiler yang pecah menyebabkan memar yang membuat kulit berwarna cokelat kemerahan di area tersebut, serta peradangan, kerusakan jaringan, dan bisul.
Insufisiensi vena kronis gangguan medis yang sangat umum. Di Amerika, kondisi ini dialami 40 persen masyarakat di sana, yakni orang paruh baya dan lanjut usia, menurut Society for Vascular Surgery.
"Vena, terutama yang melewati batas bawah adalah struktur berdinding sangat tipis dan memiliki katup. Ketika Anda berdiri darah tidak mengalir deras ke kaki Anda. Katup-katup ini menutup, tetapi seiring waktu, katup-katup ini dapat mengalami disfungsi," kata ahli bedah Niten Signh, dikutip dari NPR.
Risiko Insufisiensi vena kronis meningkat seiring bertambahnya usia, biasanya orang di atas 50 tahun.
Penyebab
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kondisi ini timbul ketika katup di pembuluh vena kaki tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi penumpukan darah di dalam vena tungkai. Tak hanya itu, insufisiensi vena kronik juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
Kelainan Bawaan
Kelainan bawaan adalah salah satu penyebab penyakit IVK pada seseorang. Kelainan bawaan adalah kelainan pada pembuluh vena tungkai kaki yang dimiliki sejak lahir, seperti katup vena yang lemah atau bahkan terdapat beberapa kasus dimana orang lahir tanpa mempunyai katup di pembuluh darah vena kaki.
Perubahan pada Pembuluh Vena
Selain kelainan bawaan, IVK juga dapat disebabkan karena terjadinya perubahan pada pembuluh vena. Misalnya, pembuluh vena yang melebar sehingga menghalangi katup untuk menutup sepenuhnya.
Penyakit Lain yang Merusak Pembuluh Vena Kaki
Masalah medis seperti trombosis vena dalam (DVT) bisa menjadi penyebab IVK. DVT terjadi ketika terdapat gumpalan darah di dalam pembuluh vena dalam, biasanya di kaki atau panggul. Gumpalan darah ini kemudian dapat menyebabkan blokade atau penyumbatan pada aliran darah di pembuluh vena tersebut.
Ketika terjadi DVT, gumpalan darah yang terbentuk dapat meninggalkan luka atau jaringan parut. Jaringan parut ini dapat merusak struktur pembuluh vena dan katup di dalamnya. Akibatnya, pembuluh vena jadi melebar dan katup vena tidak dapat berfungsi dengan baik.
Selain penyebab di atas, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh kebiasaan duduk atau berdiri terlalu lama, kurang aktivitas atau olahraga, kebiasaan merokok, berat badan berlebih, kehamilan, atau tekanan darah tinggi yang semuanya dapat memengaruhi kinerja pembuluh darah vena.
Gejala
Menurut Joshua A. Beckman, selaku Komite Penasihat Kesehatan Vaskular American Heart Association, sangat penting menyadari gejala insufisiensi vena kronis, sehingga cepat mendapat pertolongan medis.
Menurut situs web American Heart Association, gejala insufisiensi vena kronis meliputi edema atau pembengkakan, varises, dan perubahan kulit. Perubahan kulit ini umumnya disebut eksim vena atau dermatitis stasis. Gejala yang muncul yaitu bercak merah, gatal, atau bersisik di tungkai bawah akibat aliran darah yang buruk dan ulserasi.
Kondisi ini dapat mengakibatkan nyeri, gatal, atau pendarahan area yang terdampak, serta rasa nyeri, kram, dan berdenyut. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kelelahan kaki dan rasa berat.
Diagnosis dan Penanganan
Diagnosis insufisiensi vena kronis dilakukan dengan menggunakan teknologi pencitraan canggih, seperti ultrasonografi dupleks yang mendeteksi aliran balik darah atau penyumbatan. Kemudian dapat pula digunakan veografi resonansi magnetik (MRV) atau venografi tomografi terkomputasi (CVT) untuk melihat struktur dan fungsi vena secara rinci.
Sementara untuk penanganan insufisiensi vena kronis dilakukan secara bertahap dan bergantung pada tingkat keparahan kondisi. Terapi utama meliputi penggunaan terapi kompresi, termasuk perban multilapis, pakaian elastis, stoking kompresi bertingkat, serta pompa pneumatik untuk membantu aliran balik darah.
Selain itu, dokter juga dapat meresepkan obat antiinflamasi topikal, antibiotik, atau diuretik untuk mengatasi peradangan, infeksi, ataupun penumpukan cairan.
Pasien insufisiensi vena kronis juga dapat menjalani terapi endovaskular intervensional. Prosedur ini bersifat invasif minimal dan dilakukan dengan memasukkan kateter melalui sayatan kecil di selangkangan. Dengan bantuan pencitraan ultrasonografi, kateter diarahkan ke lokasi penyumbatan untuk menghilangkan obstruksi dan memulihkan aliran darah.
Berdampak pada Kualitas Hidup
Insufisiensi vena kronis dan trombosis vena dalam kerap disalahpahami sebagai satu penyakit yang sama. Kedua kondisi ini berbeda meskipun sama-sama memengaruhi sistem dan menyerang pembuluh darah vena, terutama di bagian tungkai bawah.
Trombosis vena dalam merupakan kondisi serius yang ditandai dengan terbentuknya gumpalan darah (trombus) di dalam vena dalam, biasanya di kaki atau panggul. Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, trombosis vena dalam dapat berujung pada komplikasi berbahaya berupa emboli paru hingga mengancam jiwa seseorang.
Sementara itu, insufisiensi vena kronis merupakan gangguan jangka panjang yang terjadi ketika katup vena tidak berfungsi secara normal, sehingga aliran darah kembali ke jantung terganggu dan menumpuk di tungkai bawah. Insufisiensi vena kronis tidak menimbulkan risiko kematian secepat trombosis vena dalam.
Meski demikian, Beckman mengatakan, insufisiensi vena kronis tetap dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup seseorang akibat gejala seperti pembengkakan, varises, dan nyeri. Akan tetapi, deteksi dan pengobatan dini dapat membuat perbedaan yang substansial.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber