
SURABAYA (Lentera)— Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mulai melaksanakan Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) dengan target 242.110 siswa dari berbagai jenjang pendidikan. Angka tersebut setara dengan 45 persen dari total 538.024 anak usia 7–17 tahun di Kota Pahlawan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, Nanik Sukristina, mengatakan persiapan pelaksanaan program ini telah dilakukan sejak dua bulan lalu. Mulai dari sosialisasi kepada sekolah, tenaga kesehatan Puskesmas, serta instansi terkait yang berlangsung sejak Juni hingga Juli 2025.
“Target PKG anak sekolah untuk Kota Surabaya sebesar 45% dari jumlah total sasaran, yaitu 242.110 anak dari SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA, SLB, dan sekolah rakyat,” kata Nanik, Selasa (5/8/2025).
Nanik menjelaskan, pemeriksaan kesehatan meliputi aspek fisik dan mental, disesuaikan dengan jenjang usia peserta didik. Pemeriksaan mencakup gizi, tekanan darah, gula darah, kesehatan gigi dan mata, telinga, jiwa, reproduksi, perilaku merokok, riwayat imunisasi, hingga deteksi tuberkulosis.
Dinkes Surabaya telah menyusun alur pelaksanaan secara rinci. Koordinasi dilakukan oleh Puskesmas dengan sekolah setidaknya tujuh hari sebelum pemeriksaan dimulai.
Selanjutnya, pihak skolah membagikan informasi program dan tautan kuesioner kesehatan kepada orang tua dan peserta didik.
"Dua hari sebelum pelaksanaan, petugas akan memastikan kuesioner sudah diisi dan mempersiapkan alat serta bahan medis. Pemeriksaan dilaksanakan langsung di sekolah oleh tim dari Puskesmas, guru UKS, dan guru PJOK,” jelas Nanik.
Jika dibutuhkan pemeriksaan lanjutan, siswa akan dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. Dinkes juga menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan Surabaya, Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Kementerian Agama, kecamatan, dan kelurahan.
“Dindik dan Kemenag memfasilitasi koordinasi dengan sekolah dan menyediakan data siswa di masing-masing lembaga pendidikan,” tambahnya.
Untuk memastikan tidak mengganggu proses belajar-mengajar, jadwal pemeriksaan dirancang agar tidak berbenturan dengan pelajaran utama. SDM dan peralatan medis pun sudah disiapkan oleh Puskesmas pengampu di tiap wilayah.
"Dokter, perawat, bidan, dan petugas kesehatan gigi dari Puskesmas akan dikerahkan sesuai kebutuhan. Alat pemeriksaan dan bahan medis habis pakai sudah dialokasikan sesuai proyeksi jumlah siswa di setiap jenjang,” jelasnya.
Monitoring program dilakukan dua kali seminggu, setiap Senin dan Jumat, menggunakan aplikasi ASIK. Evaluasi mingguan juga digelar bersama kepala Puskesmas sesuai wilayah kerja masing-masing.
Nanik mengajak seluruh pihak sekolah dan orang tua siswa untuk mendukung penuh pelaksanaan program ini. Guru dan wali kelas diharapkan membantu kelancaran teknis di lapangan, sementara orang tua diminta aktif mengisi kuesioner kesehatan anak.
“Kuesioner akan dikirim satu minggu sebelum pemeriksaan dan menjadi dasar skrining awal kondisi kesehatan anak,” pungkasnya.
Reporter: Amanah/Editor:Widyawati