06 September 2025

Get In Touch

Polusi Udara Berdampak Buruk pada Kesehatan Kulit

ilustrasi (ist)
ilustrasi (ist)

SURABAYA (Lentera) - Apabila Anda tinggal di daerah perkotaan atau kawasan industri, tentu sudah tidak asing dengan polusi udara yang tersebar di berbagai tempat. Selama ini kita mengetahui bahwa polusi udara dapat merusak paru-paru, sehingga disarankan untuk menggunakan masker guna menyaring udara yang masuk ke dalam tubuh. Namun, pernahkah Anda terpikir mengenai dampak polusi yang bertebaran di udara terhadap kesehatan kulit?

Pengaruh polusi terhadap kesehatan kulit ternyata tidak dapat dianggap sepele. Dampaknya meliputi perubahan fungsi sawar kulit, stres oksidatif, hingga terjadinya inflamasi. Polusi udara di perkotaan, seperti Jakarta, memiliki konsentrasi particulate matter (PM) yang cukup tinggi, yaitu PM2.5.

PM2.5 itu apa?

PM2.5 adalah konsentrasi massa partikel yang berukuran lebih kecil dari sekitar 2,5 mikron (atau mikrometer) dan dikenal juga sebagai partikel halus. Ukuran partikel ini bahkan lebih kecil dibandingkan dengan diameter sehelai rambut manusia. 

Karena ukurannya yang sangat kecil, PM2.5 berpotensi masuk ke dalam pori-pori kulit dan menimbulkan berbagai permasalahan kulit yang signifikan. Berikut ini merupakan beberapa dampak buruk polusi terhadap kesehatan kulit.

Perubahan fungsi sawar kulit

Mungkin ada yang belum familiar dengan istilah sawar kulit. Sawar kulit atau skin barrier terutama berada pada lapisan terluar epidermis yang disebut stratum corneum. Fungsi skin barrier dapat diibaratkan sebagai pelindung utama bagi kulit.

Tugasnya antara lain menghalangi masuknya kuman, alergen, serta zat kimia berbahaya ke dalam kulit, mencegah kehilangan air berlebihan dari lapisan kulit, serta menjaga keseimbangan kelembapan dan kadar lipid kulit.

Apabila terjadi perubahan pada fungsi sawar kulit, dampaknya dapat berupa kulit menjadi lebih kering, pecah-pecah, atau terasa kasar. Kondisi ini juga meningkatkan risiko terjadinya iritasi serta mempermudah kulit mengalami infeksi.

Stres oksidatif

Stres oksidatif pada kulit terjadi ketika jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas antioksidan alami untuk menetralkannya. Radikal bebas sendiri merupakan molekul tidak stabil yang dapat merusak sel, protein, lipid, hingga DNA jika tidak dikendalikan. Sumber radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh (misalnya proses metabolisme) maupun dari luar tubuh, seperti paparan polusi udara, asap rokok, radiasi sinar ultraviolet, konsumsi alkohol, pola makan tidak sehat, hingga stres psikologis.

Ketika terjadi stres oksidatif, dampaknya bisa bervariasi mulai dari peradangan kulit, kerusakan jaringan, penurunan fungsi organ, hingga mempercepat proses penuaan. Dalam jangka panjang, kondisi ini dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis, termasuk kanker, penyakit jantung, diabetes, gangguan saraf seperti Alzheimer dan Parkinson, serta penuaan dini pada kulit yang dikenal dengan istilah photoaging. Untuk mencegah atau mengurangi stres oksidatif, penting bagi tubuh untuk mendapatkan asupan antioksidan yang cukup dari makanan sehat seperti buah, sayuran, kacang-kacangan, serta menjaga gaya hidup seimbang.

Inflamasi

Inflamasi merupakan respons alami yang terjadi ketika sistem imun kulit mengalami cedera, iritasi, atau serangan dari faktor eksternal, termasuk polusi udara dan paparan sinar ultraviolet berlebihan. Dampak dari kondisi ini dapat berupa kerusakan kolagen, munculnya flek, hingga meningkatnya risiko penyakit kulit kronis, seperti psoriasis.

Stres metabolik

Stres metabolik pada kulit terjadi ketika metabolisme sel kulit terganggu, yaitu saat kebutuhan energi sel tidak seimbang dengan pasokan energi dan oksigen. Penyebabnya antara lain paparan sinar ultraviolet, polusi udara, kekurangan nutrisi dan hidrasi, serta kondisi penyakit metabolik seperti diabetes.

Cara Mencegah Dampaknya

Untuk mencegah dampak polusi pada kulit, Anda bisa menggunakan masker, baju lengan panjang, dan topi saat beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, ada banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan polusi, antara lain

Bersihkan Kulit Secara Rutin

Mencegah dampak kerusakan akibat polusi pada kulit, seperti munculnya jerawat dan penuaan dini, bisa dilakukan dengan rutin membersihkan kotoran yang menumpuk di wajah sebelum tidur. 

Gunakan sabun berbahan lembut untuk kulit guna mencegah terjadinya iritasi dan alergi. Eksfoliasi untuk menghilangkan daki juga dapat dilakukan untuk memaksimalkan upaya menjaga kebersihan kulit. Setelah membersihkan kulit, gunakan toner dan pelembap untuk merawat dan mencegah kulit kering.

Hindari Paparan Asap Rokok

Asap rokok merupakan salah satu sumber polusi pada kulit yang masih sering ditemukan di berbagai tempat, baik di luar maupun di dalam rumah. Paparan asap rokok tidak meningkatkan risiko terkena penyakit, tetapi juga kerusakan dan penuaan dini pada kulit.

Oleh karena itu, jauhi paparan asap rokok dan hindari lingkungan atau tempat perokok aktif berkumpul.

Gunakan Tabir Surya

Zat polutan dari luar rumah dan paparan sinar UV bisa membuat kulit cepat rusak. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggunakan tabir surya dengan SPF minimal 35 atau lebih ketika beraktivitas di bawah terik matahari, terutama pada pukul 10.00–15.00.

Penggunaan tabir surya juga penting untuk mencegah sunburn dan mengurangi risiko terjadinya kanker kulit.

Konsumsi Makanan Bergizi

Untuk merawat kesehatan kulit dan organ tubuh lainnya, Anda juga perlu mengonsumsi makanan bergizi dan kaya akan antioksidan, seperti buah dan sayuran. Jangan lupa untuk minum air putih yang cukup agar kelembapan kulit tetap terjaga dan mencegah dehidrasi.

Paparan polusi pada kulit memang sulit dihindari, terlebih bila Anda tinggal di daerah dengan tingkat polusi yang tinggi. Namun, dengan berbagai cara di atas, setidaknya Anda bisa melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan polusi. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.