09 September 2025

Get In Touch

Bisakah Manusia Hidup Abadi, seperti Obrolan Xi Jinping-Putin?

Dalam foto yang didistribusikan oleh kantor berita negara Rusia Sputnik, (dari kiri ke kanan) Presiden Rusia Vladimir Putin berjalan bersama Presiden China Xi Jinping dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sebelum parade militer. Xi Jinping yang berjalan dia
Dalam foto yang didistribusikan oleh kantor berita negara Rusia Sputnik, (dari kiri ke kanan) Presiden Rusia Vladimir Putin berjalan bersama Presiden China Xi Jinping dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sebelum parade militer. Xi Jinping yang berjalan dia

SURABAYA (Lentera) -Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping terekam mendiskusikan soal transplantasi organ dan kemajuan medis yang diklaim bisa memperpanjang usia manusia hingga 150 tahun, atau bahkan mencapai keabadian.

Percakapan saat parade militer di Beijing, China, pada Rabu (3/9/2025) itu menyoroti ketertarikan kedua pemimpin yang sama-sama berusia 72 tahun tersebut terhadap isu penuaan dan harapan hidup panjang.

“Berkat perkembangan bioteknologi, organ manusia dapat terus ditransplantasikan, orang bisa menjadi lebih muda seiring bertambahnya usia, dan bahkan mungkin menjadi abadi,” kata Putin dalam rekaman yang bocor ke publik, dikutip dari kantor berita AFP.

Xi Jinping pun menimpali, menyebut bahwa ada prediksi yang menyatakan manusia bisa hidup sampai 150 tahun pada abad ini.

Umur panjang masih jadi perdebatan ilmiah

Sejumlah pakar biologi penuaan menyatakan bahwa ide hidup abadi atau memperpanjang usia hingga 150 tahun masih jauh dari kenyataan dan belum memiliki dasar ilmiah yang kuat.

“Perdebatan ini belum selesai,” ujar Ilaria Bellantuono, peneliti biologi penuaan dari Universitas Sheffield, Inggris, kepada AFP.

Meskipun terjadi kemajuan besar dalam dunia medis dan kesehatan, rekor umur panjang manusia masih belum terpecahkan.

Jeanne Calment, warga Perancis yang meninggal dalam usia 122 tahun pada 1997, masih memegang rekor tersebut hingga kini.

Penelitian pada 2018 yang dipublikasikan di jurnal Science menyebutkan bahwa risiko kematian bisa menjadi stabil setelah usia tertentu.

Artinya, seseorang yang berusia 115 tahun tidak berbeda jauh risiko kematiannya dengan orang berumur 105 tahun.

Namun, para ilmuwan juga mewanti-wanti soal keabsahan data mengenai orang-orang berumur sangat panjang, mengingat adanya kasus pemalsuan akta kelahiran demi kepentingan finansial seperti pensiun.

Transplantasi organ, solusi menuju awet muda?

Dalam pernyataannya, Putin juga menyampaikan gagasan bahwa mengganti organ tubuh secara rutin bisa membuat seseorang menjadi lebih muda.

Namun, banyak ilmuwan menilai pandangan tersebut tidak realistis.

“Ini benar-benar gila,” tegas Eric Boulanger, profesor biologi dan penuaan dari Universitas Lille, Perancis.

Menurut Boulanger, transplantasi organ secara berulang bukan hanya menghadapi tantangan medis dan etika, tetapi juga menimbulkan dampak traumatis pada tubuh.

Ia juga mengingatkan bahwa tubuh manusia tak hanya sekadar organ, melainkan juga jaringan lemak, tulang, dan elemen lainnya yang menua secara kompleks dan saling berkaitan.

“Tubuh bukan mobil yang bisa diganti suku cadangnya satu per satu,” ujarnya, menguip Kompas.

Meski masih menuai kontroversi di kalangan ilmuwan, minat untuk memperpanjang umur manusia telah menjadi bisnis besar.

Tahun lalu, Rusia meluncurkan proyek senilai 38 miliar rubel (Rp 7,6 triliun) untuk mengembangkan pengobatan regeneratif dan riset tentang umur panjang.

Di Silicon Valley, gerakan transhumanis juga turut mendorong tren ini. Salah satu tokoh utamanya adalah miliarder Peter Thiel, pendukung Donald Trump yang telah menginvestasikan jutaan dollar AS pada proyek-proyek terkait umur panjang. 

Sementara itu, pengusaha teknologi Bryan Johnson bahkan menjalani berbagai eksperimen dan metode anti-penuaan ekstrem pada dirinya sendiri untuk mencapai ambisi hidup abadi.

Namun, para ilmuwan arus utama mengkritik pendekatan ini karena dianggap tidak memiliki landasan ilmiah yang kuat, bahkan berpotensi membahayakan.

Harapan dari epigenetika

Kendati banyak pendekatan ekstrem yang dinilai tidak realistis, beberapa bidang penelitian ilmiah tetap menawarkan harapan dalam memperlambat penuaan.

Salah satu bidang yang kini mendapat sorotan adalah epigenetika, yakni studi tentang bagaimana gen dapat diaktifkan atau dinonaktifkan tanpa mengubah struktur DNA.

Penurunan fungsi epigenetik seiring bertambahnya usia diyakini berkontribusi pada proses penuaan.

Penelitian yang dirilis di jurnal Aging Cell pada Juni lalu menunjukkan bahwa obat bernama rapamycin, yang memengaruhi penuaan epigenetik, berhasil memperpanjang umur sejumlah hewan uji, termasuk tikus.

Meski demikian, belum ada bukti bahwa efek serupa akan terjadi pada manusia. Alih-alih mengejar hidup abadi, para ilmuwan justru mendorong masyarakat untuk memprioritaskan kualitas hidup.

“Fokusnya seharusnya pada memperpanjang jumlah tahun dalam kondisi sehat,” kata Bellantuono.

Hingga saat ini, tidak ada formula ajaib untuk menghentikan proses penuaan. Namun, hidup sehat dengan pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kesehatan mental tetap menjadi cara terbaik untuk menjalani usia yang lebih panjang dan bermakna (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.