28 September 2025

Get In Touch

Pemkab Malang Sambut Rencana Pusat Masukkan Tebu ke Sektor Prioritas

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Avicenna Medisica. (Santi/Lentera)
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Avicenna Medisica. (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang siap menyambut rencana program khusus dari pemerintah pusat, untuk mendukung pengembangan industri gula. Pertanian tebu di Kabupaten Malang, disebut menjadi salah satu sektor prioritas yang akan diperkuat melalui program tersebut.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Avicenna Medisica, mengatakan perhatian pemerintah pusat terhadap tebu menjadi peluang besar bagi daerah.

"Pemerintah pusat sedang merencanakan untuk melaunching program yang bisa mendukung industri gula, khususnya pertanian tebu di Kabupaten Malang. Salah satunya termasuk pengembangan varietas tebu Cening, meskipun saat ini masih dalam proses," ujar Avicenna, dikutip pada Minggu (28/9/2025).

Meski demikian, Avicenna menyebut pihaknya masih menunggu kepastian teknis dari pemerintah pusat terkait bentuk program yang akan digulirkan. "Kalau sudah fix nanti seperti apa, bisa kita diskusikan lebih lanjut," tambahnya.

Berdasarkan data DTPHP Kabupaten Malang, jumlah lahan tebu di Bumi Arema tersebut pada Februari 2024, tercatat seluas 44.825 hektare. Setahun kemudian, per Februari 2025, luasannya meningkat menjadi 47.016 hektare atau bertambah sekitar 2.000 hektare.

Seiring dengan bertambahnya luasan lahan, Pemkab Malang juga menargetkan peningkatan produksi tebu tahun ini. Total panen tebu ditargetkan mencapai 4.296.880 ton pada 2025, naik sekitar 84.253 ton atau dua persen dibanding capaian produksi tahun 2024 yang berada di angka 4.212.627 ton.

Namun, di tengah optimisme peningkatan produksi, tantangan baru muncul terkait isu masuknya gula rafinasi ke pasaran. Disinggung mengenai hal tersebut, Avicenna mengaku masih belum bisa memberikan penjelasan lebih rinci terkait isu ini. 

"Saya belum mendalami terkait isu gula rafinasi itu. Saya akan coba cari informasi dulu, nanti saya kabari," katanya.

Untuk diketahui, persoalan gula rafinasi juga menjadi perhatian Bank Indonesia (BI) Malang. Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, Dedy Prasetyo, mengingatkan adanya potensi kendala yang cukup mengkhawatirkan bagi sektor tebu.

Menurutnya, harga gula pasir tahun ini relatif rendah. Kondisi itu dipicu isu masuknya gula rafinasi yang seharusnya hanya untuk kebutuhan industri, tetapi ikut beredar di pasaran. Akibatnya, stok gula di pedagang besar maupun pabrik menumpuk.

"Artinya, gula yang diproduksi tidak langsung terserap di pasar. Implikasinya, harga pembelian tebu dari petani juga turun," ungkap Dedy.

Dijelaskannya, penurunan harga tebu berdampak langsung terhadap pendapatan petani, yang pada gilirannya dapat memengaruhi daya beli masyarakat. Terutama di daerah dengan perkebunan tebu luas, seperti Malang, Pasuruan, dan Probolinggo.

"Kemarin-kemarin itu petani sulit menjual gula mereka ke pasar. Salah satu alasannya karena adanya isu gula rafinasi yang masuk, padahal seharusnya (gula rafinasi) hanya untuk industri," jelasnya.

Kendati demikian, BI Malang tetap optimistis kinerja ekonomi di wilayahnya pada 2025 akan tumbuh positif, dengan kisaran 4,7–5,5 persen year on year (yoy). Selain masih ditopang sektor pertanian, kinerja ekonomi di semester 2 2025 ini juga akan ditopang oleh sektor pariwisata, konstruksi, perdagangan, serta industri pengolahan.

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.