04 October 2025

Get In Touch

SAR Merayap 3 Jam di Bawah Runtuhan untuk Selamatkan Santri Al Khoziny

Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushalla yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025) malam (Ant)
Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushalla yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025) malam (Ant)

SURABAYA (Lentera) -Tim SAR gabungan harus membuat galian sempit dan merayap hingga tiga jam di bawah beton untuk mengevakuasi para santri yang terjebak musibah bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Direktur Operasi Basarnas Yudhi Bramantyo mengatakan metode penyelamatan itu terpaksa dilakukan karena struktur bangunan yang rapuh menyulitkan penggunaan alat berat.

“Galian dalam kondisi terbatas untuk dilewati dari segi diameter galian hanya 60 centimeter dengan kedalaman 80 centimeter. Personel harus merayap dalam posisi tengkurap tiga jam setiap shift agar bisa mencapai lokasi korban,” kata dia dalam keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

Proses evakuasi itu membuahkan hasil dengan ditemukannya tujuh korban tambahan sampai dengan Rabu (1/10) malam atau hari ketiga operasi SAR digelar, maka dengan penambahan itu total korban yang berhasil dievakuasi mencapai 18 santri.

Mengutip Antara, Basarnas melaporkan ketujuh santri itu dievakuasi dengan status dua meninggal dunia dan lima selamat oleh Tim SAR gabungan, yang terdiri atas Basarnas, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Palang Merah Indonesia (PMI), dan unsur relawan.

Adapun korban selamat antara lain Haikal Muhammad Wahyudi, Al Fatih, Putra, dan Rosi. Mereka dievakuasi dalam kondisi selamat yang saat ini sedang mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Notopuro. Sementara dua korban meninggal yang ditemukan dalam operasi tersebut masih proses identifikasi.

Menurut Yudhi, operasi masih berlanjut meski menghadapi tantangan utama tim di lapangan adalah kondisi reruntuhan yang tidak stabil.

“Setiap getaran berisiko memicu runtuhan tambahan. Karena itu kami mengutamakan kehati-hatian agar korban maupun petugas tetap selamat,” katanya (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.