04 October 2025

Get In Touch

Update Data BNPB soal Ambruknya Ponpes Sidoarjo: 58 Orang Masih Dicari

Tim penyelamat mencari korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan Ponpes Al-Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, Rabu (1/10/10/2025). (Foto: AP)
Tim penyelamat mencari korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan Ponpes Al-Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, Rabu (1/10/10/2025). (Foto: AP)

SIDOARJO (Lentera) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui data terkait korban yang masih dalam pencarian akibat robohnya bangunan di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. Jika sebelumnya dilaporkan ada 59 orang yang diduga terjebak di bawah reruntuhan, kini jumlah tersebut turun menjadi 58 orang.

"Data yang dimutakhirkan hingga Kamis (2/10/2025) pukul 16.30 WIB, jumlah korban yang berhasil dievakuasi ada sebanyak 108 orang dengan rincian 30 orang masih dirawat di rumah sakit, 73 orang sudah diperbolehkan pulang dan 5 orang meninggal dunia serta sebanyak 58 masih dalam pencarian,” ungkap Abdul Muhari, Ph.D, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB,  dalam pernyataan tertulis, Jumat (3/10/2025).

Muhari menjelaskan bahwa sejak Kamis pagi, operasi pencarian dan pertolongan (search and rescue/SAR) telah memasuki tahap evakuasi korban meninggal dunia.

Proses evakuasi dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat, mengingat tidak lagi ditemukan tanda-tanda keberadaan korban selamat di bawah reruntuhan bangunan empat lantai tersebut.

Ia juga menambahkan bahwa Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, telah bertemu dengan keluarga korban untuk memberikan penjelasan sekaligus menyampaikan dukungan. Pertemuan tersebut berlangsung di posko darurat BNPB yang berlokasi tidak jauh dari titik kejadian.

"Kepala BNPB menyampaikan hasil asesmen mendalam yang dilakukan hingga Rabu (1/10/2025) malam. Tim SAR gabungan memastikan tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan di lokasi kejadian," jelas Muhari.

Menurut Muhari, penjelasan tersebut menjadi landasan bagi keluarga korban untuk menyetujui kelanjutan operasi SAR sesuai protokol yang berlaku. Keluarga juga menyatakan kesiapannya menerima hasil evakuasi dalam bentuk apa pun dengan penuh keikhlasan.

“Sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tim SAR gabungan memutuskan untuk masuk ke tahap selanjutnya, yaitu mengevakuasi korban yang sudah meninggal menggunakan alat-alat berat,” ungkap Kepala BNPB dalam pertemuan itu.

“Keluarga korban sudah sepakat dan meminta kami melanjutkan operasi SAR menggunakan alat berat. Mereka sudah menandatangani berita acara,” lanjut Kepala BNPB.

Pada sehari sebelumnya, Rabu (1/10/2025), tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi tujuh korban. Dari total tersebut, lima orang berhasil ditemukan dalam keadaan selamat, sementara dua lainnya dinyatakan meninggal dunia. 

"Proses evakuasi kala itu dilakukan sepenuhnya secara manual, tanpa menggunakan alat berat, demi memprioritaskan keselamatan korban yang masih hidup sekaligus melindungi tim SAR di lapangan," jelas Muhari.

Co-Editor: Nei-dya/berbagai sumber
 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.