11 November 2025

Get In Touch

Pariwisata Terlunta-lunta 

Daya tarik Indonesia adalah banyaknya destinasi wisata yang unik dan tidak bisa ditemukan di tempat lain. Salah satunya, Bali yang terkenal dengan keindahan pantainya (Foto: Ist)
Daya tarik Indonesia adalah banyaknya destinasi wisata yang unik dan tidak bisa ditemukan di tempat lain. Salah satunya, Bali yang terkenal dengan keindahan pantainya (Foto: Ist)

OPINI (Lentera)-Selamat pagi Indonesia! 

‎Satu matahari menyapu pasir, tetapi bukan cahaya yang paling mencolok—melainkan sampah yang menumpuk di tepi pantai. Langit biru dan laut jernih Indonesia kini ternodai. 

‎Pantai yang dulu riang, hutan lindung yang dulu sepi dan suci, kini tergerus vila dan keramaian wisata massal. Bali saja menyambut sekitar 6,33 juta wisatawan asing pada 2024, sebuah angka yang menunjukkan ketertarikan dunia, sekaligus tekanan terhadap ekosistem dan budaya lokal.

‎Survei Kemenparekraf 2024 mencatat lebih dari 40 persen wisatawan asing mengeluhkan fasilitas dan pelayanan yang kurang profesional. 

‎Tenaga kerja bersertifikasi baru sekitar 25 persen persen menandakan lemahnya kualitas SDM di sektor ini. Jumlah kunjungan asing Januari–November 2024 mencapai 12,66 juta, naik 20,7 persen dibanding tahun sebelumnya, tetapi pengalaman wisata masih kalah oleh angka.

‎Akses ke destinasi masih terhambat: jalan rusak, bandara kecil, transportasi publik minim. BPS mencatat kunjungan asing 1,31 juta dan perjalanan domestik 598,72 juta hingga Juli 2024. Ekosistem alam pun menjerit; beberapa titik mengalami pemutihan terumbu karang hingga 70 persen, pantai utama menerima hingga 60 ton plastik per musim hujan.

‎Ketimpangan destinasi makin nyata. Bali mendominasi, sementara hotel bintang di Jawa Tengah hanya memiliki Tingkat Penghunian Kamar (TPK) 56,77 persen pada Desember 2023. Kepulauan Riau pada Oktober 2023 mencatat kunjungan asing 106.413 dengan TPK hotel bintang 43,83 persen. 

‎Sementara itu, digitalisasi dan ekonomi kreatif mulai masuk melalui homestay, konten kreator, dan nomad digital, tetapi standar operasional dan regulasi belum siap untuk skala besar.

‎Sumber alam dan budaya tetap luar biasa: lebih dari 17.000 pulau, ratusan suku etnis, serta warisan dunia seperti Borobudur dan Prambanan. Destinasi minat khusus seperti ekowisata atau wellness punya potensi besar jika dikelola tepat. Namun negara tetangga, seperti Vietnam dan Filipina, bergerak cepat menuju pariwisata berkelanjutan. Indonesia punya posisi strategis, tetapi tak boleh lengah.

‎Kebijakan harus mengutamakan keberlanjutan dan keadilan sosial. Destinasi yang selama ini mengejar volume harus beralih ke kualitas, dengan pembatasan maksimum wisatawan di titik sensitif. 

‎Pemberdayaan masyarakat lokal harus diprioritaskan, agar mereka ikut menikmati manfaat ekonomi dan bukan sekadar penonton di negeri sendiri. Regulasi lingkungan harus diperkuat; pengelolaan limbah di pulau kecil seperti Derawan, yang menerima 34.160 kunjungan pada 2024, harus menjadi model nasional.

‎Sinergi antar‑kementerian dan pemerintah daerah wajib dibangun. Branding “Wonderful Indonesia” harus diikuti kesiapan daerah dalam infrastruktur, SDM, dan layanan wisata berkualitas. Pilihan jelas: terus biarkan kerusakan atau bertindak sekarang. Pariwisata bisa unggul, tetapi hanya jika dijalankan dengan strategi matang, kepala dingin, dan keberpihakan pada alam serta masyarakat.

‎Menata Kembali Pariwisata

‎Waktu untuk bertindak tidak menunggu. Setiap paket wisata, setiap homestay, setiap perjalanan domestik yang tidak terkontrol menambah tekanan pada alam dan budaya. 

Pariwisata bukan sekadar angka; ia adalah cara hidup dan warisan untuk generasi mendatang. Jika kita terlambat, keindahan yang menjadi identitas bangsa bisa berubah menjadi cerita masa lalu.

‎Satu angin menyapu pulau, satu langkah manusia menentukan nasibnya. Kita bisa mengubahnya atau menyesalinya (*)

Penulis: ‎M. Rohanudin|Editor: Arifin BH

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lentera Today.
Lentera Today.