11 November 2025

Get In Touch

Setop Keramas Boros Air

Setop Keramas Boros Air

SURABAYA ( Lentera ) - Keramas adalah bagian dari rutinitas kebersihan yang nyaris tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun di balik sensasi segar yang ditinggalkannya, aktivitas ini ternyata menyumbang porsi besar konsumsi air rumah tangga. Di tengah krisis air global dan meningkatnya kebutuhan keberlanjutan, sudah saatnya kebiasaan keramas dievaluasi ulang agar tidak menjadi pemicu pemborosan yang tak disadari.

Dalam rumah tangga perkotaan Indonesia, konsumsi air rata-rata bisa mencapai 169,11 liter per orang per hari untuk kelompok kelas menengah. Dari total tersebut, penggunaan air untuk mandi dan aktivitas di kamar mandi menempati posisi tertinggi—sekitar 45% atau sekitar 60 liter per hari. Angka ini menunjukkan betapa besar pengaruh satu kebiasaan sederhana terhadap total penggunaan air harian.

 

Jumlah air yang terbuang ketika keramas sangat bergantung pada durasi dan jenis kepala pancuran. Pancuran standar menghabiskan sekitar 8 liter per menit, sementara pancuran klasik bisa mencapai 15 hingga 20 liter per menit. Jika dihitung, mandi 5 menit dapat menguras 75 hingga 100 liter air.

 

Ketika durasinya dua kali lipat hingga 10 menit, air yang terbuang bisa menembus 160 sampai 200 liter jika tidak ada sistem hemat air. Bahkan di salon, satu sesi keramas saja yang berlangsung 7–10 menit masih menghabiskan 53–75 liter air—angka yang jarang disadari pelanggan.

 

Fenomena ini tak sekadar berdampak pada penggunaan air rumah tangga, tetapi juga memengaruhi lingkungan secara lebih luas. Penggunaan air yang tinggi berkontribusi pada berkurangnya ketersediaan air bersih di alam. Ketika cadangan air tanah terus diambil tanpa pengaturan, maka ekosistem akan terganggu dan pasokan untuk kebutuhan penting lainnya juga terancam.

 

Kebiasaan menggunakan air panas saat keramas memperburuk situasi. Pemanasan air memerlukan energi yang biasanya bersumber dari bahan bakar fosil. Itu berarti semakin lama keramas, semakin besar pula jejak karbon yang dihasilkan dari energi pemanas air. Dampaknya berujung pada emisi gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim.

 

Tak hanya itu, sampo dan kondisioner yang digunakan setiap hari membawa konsekuensi lain. Kandungan kimia dalam produk perawatan rambut akan terbawa aliran air ke sistem pembuangan. Meskipun telah melalui proses pengolahan, residu kimia tetap berpotensi mencemari perairan dan mengganggu organisme akuatik. Artinya, setiap produk yang dipilih dan seberapa sering kita menggunakannya turut menentukan dampak ekologisnya.

 

Mengurangi pemborosan air saat keramas bukan berarti mengorbankan kebersihan atau kesehatan rambut. Mematikan keran ketika sedang mengaplikasikan sampo atau kondisioner adalah salah satu strategi paling mudah.

 

Hidupkan kembali air hanya untuk membilas, sehingga pemakaian air dapat berkurang secara signifikan. Mempersingkat waktu mandi juga sangat efektif. Hanya dengan memotong durasi mandi 2 menit saja, seseorang bisa menghemat sekitar 30 hingga 40 liter air.

 

Penggunaan kepala pancuran hemat air (low-flow showerhead) menjadi solusi lain yang efektif. Jenis pancuran ini dapat memangkas penggunaan air hingga 50% tanpa membuat tekanan air berkurang. Perubahan kecil ini mampu memberi dampak besar, terutama di rumah tangga dengan jumlah penghuni banyak.

Selain itu, frekuensi keramas pun sebaiknya diperhatikan.

Para ahli rambut tidak menyarankan keramas setiap hari karena dapat menghilangkan minyak alami rambut dan menyebabkan kerusakan. Jarak ideal adalah 2–3 hari sekali. Untuk hari-hari ketika rambut mulai terasa lepek, penggunaan sampo kering adalah alternatif yang praktis dan tidak membutuhkan air sama sekali. Produk ini menyerap minyak dan memberi efek segar tanpa harus dibilas.

 

Meski demikian, ketika tiba waktunya membilas rambut, pastikan residu sampo terangkat seluruhnya. Pembilasan yang tidak tuntas dapat menyebabkan iritasi kulit kepala, ketombe, dan rambut kusam.

 

Gunakan air bersuhu sedang, bukan air panas, agar lebih hemat energi dan lebih aman bagi kesehatan rambut. Air panas yang terlalu tinggi dapat merusak kutikula rambut, menyebabkannya rapuh dan kering.

 

Dengan memahami berapa besar air yang sebenarnya dihabiskan ketika keramas, kita bisa mulai mengubah kebiasaan sehari-hari menjadi lebih bijak. Tidak hanya membantu menekan konsumsi air rumah tangga, tetapi juga turut menjaga keberlanjutan lingkungan. Rutinitas sederhana ini, ketika dilakukan dengan cara yang tepat, mampu memberi dampak positif bagi bumi sekaligus tetap menjaga kesehatan rambut.(fim,rls/dya)

 

 

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.