SURABAYA ( Lentera ) - Spesialis ortopedi dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr Karina Besinga, SpOT(K), menegaskan bahwa tindakan membunyikan jari secara sengaja bukanlah hal yang ia sarankan. “Itu tidak disarankan. Karena suatu saat ketika kita berusia lanjut, akan longgar sendiri (sendinya),” ujar dr Karina saat ditemui di Jakarta Barat.
Ia menambahkan bahwa kondisi sendi yang masih kencang di usia muda bisa melemah lebih cepat bila terus-menerus diberi tekanan. “Nah sekarang ini karena masih kenceng, karena sering kita gituin (kretek-kretek), dia kan akan semakin longgar,” lanjutnya.
Meski bagi sebagian orang aktivitas ini menghadirkan rasa lega, dr Karina menegaskan bahwa sensasi tersebut bersifat subjektif. Ada yang merasa lebih santai seketika, namun tidak sedikit pula yang tidak merasakan perbedaan apa pun. Terlepas dari itu, kebiasaan membunyikan sendi tetap menimbulkan potensi masalah apabila dilakukan berlebihan atau dengan teknik yang salah.
Sebuah laporan Healthline menjelaskan bahwa alasan seseorang gemar melakukan kebiasaan ini beragam, mulai dari sekadar menikmati bunyinya hingga merasa jari menjadi lebih “lega”.
Sebagian orang juga melakukannya sebagai respons ketika gugup, mirip kebiasaan memelintir rambut atau meremas tangan.Namun, klaim bahwa kebiasaan ini meningkatkan mobilitas sendi belum terbukti secara ilmiah.
Apa penyebab Bunyi 'Kretek
Penjelasan paling populer selama bertahun-tahun menyebutkan bahwa suara itu berasal dari gelembung nitrogen yang terbentuk dalam cairan sendi. Namun temuan penelitian lebih baru, termasuk studi pada 2018, menunjukkan bahwa suara itu kemungkinan dipicu oleh runtuhnya rongga kecil di dalam sendi, bukan semata-mata gelembung gas yang pecah.
Dikatakan pula bahwa rongga sendi membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk kembali ke kondisi semula sebelum bisa menghasilkan bunyi lagi.
Penjelasan senada disampaikan oleh ahli ortopedi dari Cleveland Clinic, Kim L. Stearns, MD. Ia mengatakan, suara retakan berasal dari gas yang terkompresi di sekitar sendi, meskipun para peneliti masih memperdebatkan mekanismenya. “Para peneliti tidak yakin apakah suara yang dipancarkan dari jari Anda yang retak adalah gelembung gas yang terbentuk atau dilepaskan. Tapi bagaimanapun juga, itu hanya gas,” jelas Stearns.
Meski begitu, Stearns menegaskan bahwa membunyikan jari tidak serta-merta menyebabkan radang sendi sebagaimana banyak diyakini masyarakat. Risiko terbesar justru datang dari teknik yang terlalu kuat—menarik atau menekan sendi secara berlebihan dapat menyebabkan nyeri, pembengkakan, bahkan cedera pada ligamen.
Jika jari tiba-tiba terasa sakit, membengkak, atau tampak bengkok setelah dikretek, Stearns menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter karena kemungkinan terjadi dislokasi ringan atau cedera jaringan.
Kebiasaan ‘kretek-kretek’ sendi juga dapat dilakukan pada bagian tubuh lain seperti leher, pinggang, pergelangan kaki, hingga punggung. Namun, membunyikan bagian tersebut tanpa pengetahuan anatomi yang tepat berpotensi lebih berbahaya. Banyak kasus cedera terjadi karena mencoba memanipulasi sendi layaknya terapis profesional.
Dijelaskan, cara aman untuk mengurangi kekakuan jari adalah dengan melakukan peregangan lembut, menjaga hidrasi, serta memberi jeda istirahat, terutama bagi mereka yang bekerja lama dengan tangan.
Kebiasaan sederhana yang terasa “nikmat sesaat” ini ternyata memiliki sisi lain yang perlu diperhatikan, terutama jika kita ingin menjaga kesehatan sendi hingga usia lanjut. Jadi, sebelum kembali membunyikan jari untuk melepas stres, pertimbangkan dampaknya.(dtc,ist/dya)





