16 November 2025

Get In Touch

‎Garis Terluar: Titik Rawan Konflik dan Penyelundupan

Kapolsek Pulau Laut Ipda Ahmad Syukuri Hadi, S.H bersama Dansatgas Marinir Lettu Mar Suhariyanto saat di Pulau Sekatung (foto: metroindonesia)
Kapolsek Pulau Laut Ipda Ahmad Syukuri Hadi, S.H bersama Dansatgas Marinir Lettu Mar Suhariyanto saat di Pulau Sekatung (foto: metroindonesia)

OPINI (Lentera) -‎Jauh dari hiruk-pikuk kota, di ujung utara Kepulauan Natuna, berdiri Pulau Sekatung, salah satu benteng alami Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di pulau terluar ini, tugas menjaga kedaulatan bukan sekadar kewajiban, melainkan panggilan jiwa.

Pada Kamis pagi (11/09/2025) Polsek Pulau Laut melaksanakan patroli rutin sebagai bagian dari komitmen menjaga batas negeri, dalam sebuah misi yang dipimpin langsung oleh Kapolsek Pulau Laut, Ipda Ahmad Syukuri Hadi, S.H.

Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam. Setibanya di Pulau Sekatung, mereka disambut hangat oleh Dansatgas Marinir Pamputer Sekatung, Lettu Mar Suhariyanto, beserta 33 personel marinir tengah siaga penuh menjaga keamanan di pulau yang berbatasan langsung dengan perairan internasional.

Garis terluar negeri, perbatasan Indonesia menjadi titik rawan konflik. Bukan sekadar garis di peta, wilayah ini menyimpan ancaman nyata: penyelundupan barang, pelanggaran kedaulatan, dan ketegangan sosial. 

‎Masyarakat lokal hidup di antara tradisi dan risiko, di mana satu kesalahan bisa memicu bentrokan yang meluas. Di balik kabut pagi dan rintik hujan, kehidupan sehari-hari mereka berjalan di atas benang tipis keamanan dan tradisi.

‎Beberapa wilayah perbatasan telah menjadi sorotan akibat tingginya potensi penyelundupan dan konflik. Di Kalimantan Utara, berbatasan dengan Malaysia rawan, rokok dan bahan bakar ilegal. Pada 2023 aparat berhasil menggagalkan lima puluh ribu batang rokok. Di Papua, jalur narkoba dan kayu ilegal menimbulkan konflik antar komunitas. Awal 2024 jaringan kayu ilegal memicu bentrokan antara warga dan aparat.

‎Di Nusa Tenggara Timur, penyelundupan hewan langka dan barang elektronik menimbulkan ketegangan ekonomi dan sosial. Pada 2022 puluhan satwa langka diselundupkan melalui pelabuhan kecil di perbatasan Timor Leste. 

‎Di Sumatera Utara, perbatasan dengan Malaysia kerap menjadi jalur human trafficking dan penyelundupan barang konsumsi. Setiap wilayah memiliki risiko berbeda namun sama-sama membutuhkan perhatian serius.

‎Dampak penyelundupan dan konflik terasa langsung bagi anak-anak. Di Kalimantan Utara, sekolah sempat ditunda akibat operasi pengamanan jalur rokok ilegal.

‎Di Papua, bentrokan kayu ilegal 2024 memaksa ratusan anak kehilangan akses pendidikan. Di Nusa Tenggara Timur, ketegangan penyelundupan hewan langka pada 2022 mengganggu kegiatan belajar. Masa depan generasi muda seperti daun muda yang rapuh diterpa angin kencang menghadapi ancaman nyata

‎Pemerintah meningkatkan kesiagaan di perbatasan untuk menekan penyelundupan dan konflik. Pos-pos pengamanan dan patroli rutin dijalankan di Kalimantan Utara, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Utara untuk menangkal rokok, kayu, hewan langka, dan barang elektronik ilegal. Meski upaya ini kuat medan luas dan jalur ilegal kompleks tetap menjadi tantangan serius

‎Selain wilayah sebelumnya, beberapa perbatasan lain juga rawan konflik dan penyelundupan. Di Sulawesi Utara, perbatasan dengan Filipina kerap menjadi jalur rokok dan barang elektronik ilegal. Di Maluku Utara, penyelundupan ikan dan hasil laut sering memicu perselisihan antar desa pesisir. 

Di Aceh, perbatasan dengan Malaysia dan Selat Malaka menjadi titik strategis bagi human trafficking dan narkoba. Pemerintah menyiapkan strategi terpadu pengawasan pos perbatasan diperkuat patroli laut dan darat digabungkan serta kerja sama lintas instansi dijalankan untuk menekan praktik ilegal sekaligus meredam potensi konflik sosial

Di Kalimantan Utara patroli intensif terkadang menimbulkan ketegangan diplomatik dengan Malaysia terutama terkait jalur sungai yang biasa dilalui penyelundup. Di Sulawesi Utara pengawasan ketat terhadap pelayaran ilegal memicu protes dari pihak Filipina karena berdampak pada kapal kapal nelayannya

Di Sumatera Utara penegakan hukum terhadap penyelundupan rokok narkoba dan human trafficking mendapat sorotan dari Malaysia. Reaksi ini menegaskan bahwa keamanan perbatasan Indonesia bukan hanya persoalan domestik tetapi juga isu regional. 

‎Indonesia menegaskan kedaulatannya di setiap titik perbatasan dengan menempatkan pos-pos pengawasan patroli gabungan dan teknologi pemantauan modern. Sikap tegas ini sekaligus menjadi sinyal bagi negara tetangga bahwa wilayah perbatasan adalah kedaulatan Indonesia yang tidak dapat ditawar. Meski beberapa negara sempat mengekspresikan keberatan seperti protes Malaysia di Kalimantan Utara atau Filipina di Sulawesi Utara,  Jakarta menekankan diplomasi yang berimbang menjaga hubungan baik tanpa mengorbankan keamanan dan kepentingan nasional

‎Strategi pencegahan jangka panjang menjadi kunci untuk menekan penyelundupan dan konflik di perbatasan. Pemerintah menyiapkan program pemberdayaan masyarakat lokal melalui pelatihan keamanan pendidikan dan akses ekonomi agar warga terdorong menjaga wilayahnya sendiri. 

‎Di Papua program pendidikan berbasis keamanan dan kesadaran hukum mengurangi keterlibatan anak-anak dalam jalur kayu dan narkoba ilegal. Di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Utara kampanye literasi hukum serta subsidi ekonomi bagi nelayan dan pedagang lokal menekan praktik ilegal hingga tiga puluh lima hingga lima puluh persen. 

‎Penegakan hukum menjadi pilar utama jika peraturan perbatasan dilanggar. Kapal kapal penyelundup jaringan perdagangan ilegal maupun individu yang terlibat dapat dikenai sanksi tegas denda besar pencabutan izin usaha atau penahanan sesuai undang undang perbatasan dan kepabeanan. 

‎Selain sanksi hukum penguatan regulasi dan koordinasi antar instansi menjadi strategi utama mencegah pelanggaran berulang. Pemerintah mengintegrasikan patroli laut pos perbatasan dan sistem intelijen lintas kementerian untuk mengawasi jalur rawan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa regulasi yang tegas pengawasan menyeluruh dan kesadaran masyarakat adalah kombinasi efektif menjaga keamanan dan stabilitas perbatasan.

Menjaga Garis Terluar dan Masa Depan Generasi

Perbatasan Indonesia bukan sekadar garis di peta tetapi nadi kedaulatan dan masa depan generasi. Dengan strategi yang tegas koordinasi lintas instansi dan diplomasi berimbang wilayah rawan penyelundupan dan konflik dapat dikelola.

Langkah langkah ini menunjukkan bahwa menjaga kedaulatan berarti melindungi kehidupan pendidikan dan harapan masyarakat di setiap titik terluar negeri

Setiap sungai yang mengalir dan bukit yang membentang tersimpan harapan bahwa keamanan pendidikan dan kesejahteraan tetap menyala di tengah tantangan. Studi kasus di Kalimantan Utara Papua Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Utara menunjukkan bahwa kombinasi pengawasan hukum pendidikan dan pemberdayaan masyarakat adalah kunci menghadapi ancaman penyelundupan dan konflik.

Perbatasan yang aman berarti generasi yang terjaga masa depan yang terjamin dan kedaulatan yang tak tergoyahkan (*)

Penulis: ‎M. Rohanudin|Editor: Arifin BH

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lentera Today.
Lentera Today.