SURABAYA ( LENTERA ) - Setiap negara di Eropa memiliki nilai khas dalam pola asuhnya, namun semuanya berpijak pada keseimbangan antara kebebasan, disiplin, dan kasih sayang. “Parenting bukan tentang membuat anak patuh, tapi membentuk manusia kecil yang percaya diri, punya empati, dan tahu cara menghormati diri sendiri,” ujar konsultan parenting asal Jerman, Vicky Nastasha.
Berikut adalah lima gaya parenting dari negara-negara Eropa yang bisa menjadi inspirasi bagi keluarga Indonesia.
Jerman: Membangun Kemandirian Lewat Kepercayaan
Masyarakat Jerman percaya bahwa kemandirian tidak bisa diajarkan, tetapi harus dilatih. Sejak kecil, anak-anak diajak ikut bertanggung jawab atas kehidupan sehari-hari. Mulai dari menyiapkan sarapan, membereskan mainan, hingga mengatur waktu belajar sendiri.
Orang tua Jerman jarang memarahi anak saat mereka membuat kesalahan. Bagi mereka, kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
“Kami membiarkan anak-anak mengalami konsekuensi alami dari tindakannya. Dari situ mereka belajar tanggung jawab,” kata Vicky.
Selain itu, orang tua di Jerman lebih menekankan pada usaha dan proses ketimbang hasil. Tujuannya agar anak tumbuh dengan rasa percaya diri dan kemampuan mengelola emosi secara mandiri.
Belanda: Menumbuhkan Anak yang Bahagia tanpa Tekanan
Belanda dikenal sebagai negara dengan anak-anak paling bahagia di dunia, dan itu bukan kebetulan. Orang tua di sana percaya bahwa masa kecil seharusnya diisi dengan keseimbangan antara belajar, bermain, dan waktu bersama keluarga.
Mereka tidak menuntut anak untuk selalu berprestasi, melainkan mengajarkan pentingnya menikmati hidup dan tidak takut gagal.
“Anak-anak Belanda belajar bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Justru dari situ mereka belajar bangkit dan mengenal diri sendiri,” tutur Vicky.
Fokus utamanya adalah menciptakan lingkungan yang membuat anak merasa aman secara emosional. Dari rasa aman itulah lahir kebahagiaan yang sejati.
Prancis: Disiplin Elegan Penuh Kasih
Di Prancis, disiplin adalah bentuk kasih sayang. Anak-anak dibiasakan menunggu giliran, berbicara sopan, dan menghargai waktu makan bersama keluarga.
“Kami tidak menegur dengan nada tinggi. Kami menegaskan batasan dengan cara yang tenang tapi konsisten,” ujar Vicky.
Orang tua Prancis menekankan pentingnya kesabaran dan kontrol diri. Mereka percaya bahwa anak yang mampu menahan diri akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih fokus dan menghargai orang lain.
Menariknya, kebiasaan sederhana seperti makan bersama di meja makan tanpa gawai menjadi bagian penting dari pendidikan karakter anak-anak di sana.
Finlandia: Belajar dari Alam dan Kehidupan Sehari-hari
Finlandia dikenal dengan sistem pendidikannya yang humanis, dan prinsip itu juga berlaku di rumah. Orang tua membiarkan anak berinteraksi langsung dengan alam, bermain di luar, berlari di taman, menanam bunga, atau sekadar mengamati hewan kecil.
“Alam adalah guru terbaik. Anak-anak belajar rasa ingin tahu, tanggung jawab, dan empati dari interaksi mereka dengan lingkungan,” kata Vicky.
Pendekatan ini diyakini dapat menumbuhkan anak yang tangguh, tenang, dan memiliki rasa syukur tinggi. Mereka belajar bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal besar, melainkan dari kedekatan dengan dunia sekitar.
Denmark: Empati Sebagai Fondasi Utama
Denmark sering disebut sebagai negara paling bahagia di dunia. Salah satu rahasianya terletak pada cara orang tua menanamkan empati sejak dini. Anak-anak dididik untuk mengenali dan mengekspresikan perasaannya tanpa rasa takut dihakimi.
“Kami tidak hanya mendengarkan anak, tapi juga mencoba memahami dari sudut pandang mereka,” ungkap Vicky.
Pola asuh yang penuh empati ini membuat anak tumbuh lebih percaya diri, hangat, dan mampu menjalin hubungan sosial yang sehat. Orang tua di Denmark juga berusaha menjadi teladan: mereka menunjukkan bagaimana menyelesaikan konflik dengan tenang dan menghargai perbedaan pendapat.
Kelima gaya parenting di atas memiliki benang merah yang sama yaitu menumbuhkan anak melalui kasih sayang, kepercayaan, dan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab.
Vicky menegaskan bahwa setiap budaya memiliki caranya sendiri dalam mendidik anak, namun nilai universalnya tetap sama, kehadiran orang tua yang penuh cinta dan konsisten.
“Kita tidak perlu meniru persis gaya Eropa. Cukup ambil esensinya: menjadi orang tua yang hadir, sabar, dan autentik. Anak yang tumbuh dengan rasa aman akan menemukan jalannya sendiri,” tutup Vicky.(ist,yt,tin/dya)





