16 November 2025

Get In Touch

Di Tengah Tren Cashless, BI Malang Perkuat Literasi Keuangan Lewat Cinta, Bangga, Paham Rupiah

Training of Trainers (ToT) Cinta Bangga Rupiah (CBP) oleh BI Malang, Kamis (13/11/2025). (dok. Ist)
Training of Trainers (ToT) Cinta Bangga Rupiah (CBP) oleh BI Malang, Kamis (13/11/2025). (dok. Ist)

MALANG (Lentera) - Di tengah maraknya tren pembayaran digital, Bank Indonesia (BI) Malang terus menguatkan literasi keuangan masyarakat. Melalui program Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah, BI mengajak masyarakat untuk memahami nilai dan peran uang rupiah di era cashless saat ini.

"Kenapa CBP Rupiah ini selalu konsisten kami lakukan, tujuannya untuk edukasi dan juga sosialisasi. Sebab pertumbuhan uang rupiah fisik itu memang lambat dibandingkan dengan digitalisasi. Jadi digitalisasi sistem pembayaran yang naik," ujar Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Malang, Febrina, Kamis (13/11/2025).

Menurutnya, perubahan perilaku pembayaran masyarakat, terutama di kalangan retailer dan anak muda yang kini lebih banyak bertransaksi secara digital, menjadi salah satu alasan BI terus mendorong kegiatan edukatif. Agar masyarakat tidak kehilangan pemahaman terhadap Rupiah sebagai simbol kedaulatan negara.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, BI Malang menyelenggarakan Training of Trainers (ToT) CBP Rupiah bagi para cash handler dari Perbarindo, pelaku ritel, serta Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR) di wilayah Malang Raya.

Febrina menyebut, kegiatan ini bertujuan memperkuat pemahaman pelaku jasa keuangan dan ritel mengenai peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran.

"Kegiatan ini diikuti sekitar 140 peserta dan membahas berbagai materi, antara lain edukasi Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah, prosedur penggantian uang rusak, serta mekanisme pelaporan uang yang diragukan keasliannya," katanya.

Ia menjelaskan, makna "paham" dalam program CBP tidak hanya sebatas mengetahui ciri keaslian uang rupiah, melainkan juga memahami nilai uang itu sendiri dalam konteks ekonomi.

Termasuk di dalamnya kesadaran untuk berbelanja dengan bijak, memahami tingkat inflasi, hingga mengenal konsep investasi dan isu redenominasi yang akhir-akhir ini menjadi pembahasan di tingkat nasional. "Jadi lingkupnya semakin luas," imbuhnya.

Selain memperkuat edukasi mengenai Rupiah, pihaknya juga mendorong literasi digital di sektor pembayaran. Febrina menyebutkan, saat ini QRIS, yang merupakan sistem pembayaran digital yang dikembangkan Bank Indonesia, telah berkembang menjadi QRISTAP, dan mulai digunakan di sejumlah merchant di Indonesia.

Menurutnya, sosialisasi mengenai penggunaan QRISTAP akan terus diperluas agar dapat dimanfaatkan lebih optimal. Tak hanya itu, Febrina juga mengenalkan inovasi QRIS Cross Border, yang memungkinkan wisatawan mancanegara melakukan transaksi di Indonesia menggunakan QR Code dari negaranya.

Sementara wisatawan Indonesia juga dapat melakukan pembayaran di negara mitra menggunakan QRIS.

"Kalau sekarang yang menggunakan QRIS Cross Border itu yang lebih banyak masih wisatawan di negara partner, seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia. Kemarin, pada 17 Agustus, sudah bisa dipakai di Jepang. Menyusul nanti di Tiongkok dan Arab Saudi," jelasnya.

Di sisi lain, dalam kesempatannya ini, Febrina turut menyampaikan perekonomian Jawa Timur. Berdasarkan data Bank Indonesia, ekonomi Jatim tumbuh sebesar 5,22 persen, sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,23 persen.

Meski demikian, angka tersebut tetap lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang mencapai 5,04 persen.  (*)

 

Reporter: Santi Wahyu
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.