JAKARTA (Lentera) - Kepada Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa, Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Indonesia mengharapkan adanya kebijakan "No Tax for Knowledge".
Dengan "No Tax for Knowledge" merupakan bentuk relaksasi pajak bagi industri media agar institusi jurnalistik terus terjaga (sustain) sehingga terus memberikan informasi yang berkualitas.
“Inisiatif yang akan mulai kita dorong adalah 'No Tax for Knowledge'. Ini maksudnya adalah untuk lembaga-lembaga institusi jurnalistik yang bagus yang terverifikasi, yang memberikan edukasi dan informasi yang benar, kalau bisa dikurangi pajaknya” kata Ketua Forum Pemred, Retno Pinasti, usai Run for Good Journalism 2025 by Forum Pemred yang turut dihadiri Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta, Minggu.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa relaksasi pajak itu diperlukan untuk menjaga penyampaian informasi yang kredibel yang dibutuhkan oleh negara dan masyarakat.
Dengan mendukung supaya media pada posisi sustaint, maka negara ini punya informasi serta edukasi yang baik untuk seluruh masyarakat dan generasi ke depan.
Lebih lanjut, ia mengatakan, Forum Pemred turut mendorong rekan-rekan jurnalis untuk menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas dan berintegritas guna menjaga masyarakat dari informasi hoaks yang merugikan.
“Karena kita pasti semua merasakan di tengah badai informasi ini informasi hoaksnya banyak banget nah di situlah peran jurnalis,” ujar dia.
Sementara itu, Menkeu Purbaya Yudhi mengatakan sudah mendengar aspirasi dari Forum Pemred terkait bisnis media saat ini.
“Tadi juga saya sempat diskusi dengan pemred-pemrednya. Mereka ngeluh katanya bisnis jurnalisme, media lagi turun. Saya bilang, ya itu karena anda kemarin-kemarin nggak protes cukup banyak, sehingga ekonomi jatuh, anda diem aja,” ujar Purbaya dilansir antara.
Purbaya mengatakan dirinya mendorong agar industri media ke depan harus terus memberikan kritik terhadap pemerintah agar ekonomi domestik tetap terjaga.
“Ke depan mesti kritik, kasih masukan biar kita nggak jatuh lagi ekonominya,” ujar dia. (*)
Editor : Lutfiyu Handi





