SURABAYA (Lentera) -Cloudflare perusahaan teknologi Amerika Serikat yang berperan sebagai infrastruktur penting internet, mengalami masalah teknis tak teridentifikasi pada Selasa (18/11/2025) waktu setempat, yang memicu lonjakan status galat "500 Internal Server Error" di banyak layanan digital di seluruh dunia yang menggunakan internet seperti media sosial, hingga sejumlah aplikasi AI.
Skala gangguan kali ini sangat signifikan. Cloudflare diketahui merupakan backbone bagi sekitar 32,8 persen dari 10.000 situs web di dunia.
Alhasil, jika Cloudflare bermasalah bakal langsung memengaruhi nyaris semua lini layanan internet, mulai dari media sosial hingga layanan perbankan.
Dampak Cloudflare down ini menyebar cepat ke penjuru dunia. Pengguna di sejumlah negara serempak melaporkan kemunculan "Error 500" pada banyak situs web dan layanan digital.
Bahkan platform besar, seperti X (dulu Twitter), ChatGPT, dan Canva sempat kolaps. Lebih ironis lagi, situs Downdetector, yang seharusnya menjadi pelacak masalah, juga ikut-ikutan tidak bisa diakses di banyak lokasi.
Penyebab Cloudflare down
Apa penyebab di balik "kiamat kecil" ini? Juru bicara Cloudflare mengatakan perusahaan tengah mengamati adanya "lonjakan lalu lintas yang tidak biasa" ke salah satu layanannya.
Hal inilah yang menyebabkan beberapa traffic internet yang melewati jaringannya mengalami kesalahan.
"Kami belum mengetahui penyebab lonjakan lalu lintas yang tidak biasa ini. Kami semua siap sedia untuk memastikan semua lalu lintas dilayani tanpa kesalahan," kata juru bicara tersebut dikutip Kompas.
Pihak Cloudflare juga mengatakan mereka terus menyelidiki masalah ini dan informasi penanganan akan terus diperbarui lewat halaman status sistemnya.
Apa itu Cloudflare
Cloudflare bekerja bukan sekadar penyedia layanan hosting web biasa. Mereka adalah penyedia infrastruktur yang memberikan fungsi kritis bagi jutaan situs web melalui dua layanan utama.
Pertama, Content Delivery Network (CDN), yang mempercepat situs dengan menyimpan salinan konten di server global.
Kedua, fungsi keamanan siber mereka, yang menjadi benteng pertahanan utama klien dari serangan DDoS.
Ketika terjadi kerusakan pada salah satu lapisannya, situs yang bergantung pada mereka otomatis terputus. Lalu lintas web pun kacau, berujung pada pesan server error bagi pengguna (*)
Editor: Arifin BH




