SURABAYA (Lentera) — Wakil Kepala Badan Pengaturan BUMN, Tedi Bharata, mengatakan, kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri harus menghasilkan inovasi yang benar-benar digunakan, bukan hanya dipamerkan.
Hal ini ia sampaikan usai mihat pameran karya mahasiswa dalam Konferensi Puncak Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025 di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (21/11/2025).
Tedi menilai KPPTI bukan sekadar seremoni akademik, melainkan momentum strategis untuk mempertemukan perguruan tinggi, industri, dan BUMN dalam satu ekosistem yang produktif.
Menurutnya, terdapat dua kebutuhan utama BUMN terhadap pendidikan tinggi. Pertama kualitas sumber daya manusia dan inovasi yang relevan dengan kebutuhan pasar. "Kami ingin lulusan kampus bukan hanya pintar teori, tetapi punya kompetensi dan motivasi untuk langsung bekerja dan berkontribusi," ucapnya.
Namun, ia menyoroti masih banyak inovasi kampus yang berhenti pada tahap prototipe dan tidak berlanjut ke pasar. “Saat saya berkeliling ke expo itu, pertanyaan saya sederhana, apakah ini sudah dikomersialisasi? Sudah ada ekspor? Nilai tambahnya apa? Karena jika berhenti sebagai karya, inovasi hanya menjadi pajangan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Tedi mengapresiasi inovasi minyak nilam dari Aceh yang telah berhasil menembus pasar Prancis. Meski begitu, ia menilai masih ada pekerjaan rumah karena produk tersebut masih diekspor melalui Malaysia sebagai hub.
Ia menambahkan, BUMN seperti Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dapat berperan dalam standardisasi, pembukaan akses pasar, dan percepatan hilirisasi produk unggulan kampus dan UMKM.
Menurutnya, ekosistem inovasi tidak akan tumbuh apabila kampus hanya menjadi penghasil ide sementara industri hanya menjadi penonton. “Keduanya harus melekat, bukan sekadar bertemu di acara seperti ini,” tutur Tedi.
Tedi menambahkan, KPPTI 2025 menunjukkan komitmen kolaborasi yang semakin kuat dengan hadirnya para rektor, pimpinan perguruan tinggi, serta pelaku industri dari berbagai sektor.
Ia berharap KPPTI dapat menjadi agenda tetap dalam pembangunan ekosistem riset dan inovasi nasional. “Kami ingin melihat inovasi yang dimanfaatkan, dikomersialisasikan, dan memberi dampak langsung bagi masyarakat dan industri,” harapnya. (*)
Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi




