SURABAYA ( LENTERA ) - Belakangan ini, polkadot muncul di mana-mana, termasuk runway, red carpet, sampai brand high street yang cepat ludes di pasaran. Dari dress flowy sampai celana kasual, banyak yang menampilkan sentuhan motif titik-titik ini.
Padahal kalau kembali ke abad pertengahan, kain bertitik ini justru dianggap aneh dan menyeramkan karena menyerupai pola penyakit seperti cacar.
Namun, citranya berubah drastis pada abad ke-20, ketika Marilyn Monroe, bersama karakter ikonis Minnie Mouse, membuat polkadot terlihat ceria, feminin, dan menyenangkan. Dari situ, motif ini mulai dipandang sebagai sesuatu yang keren, bukan lagi pertanda buruk.
Dalam dunia seni, polkadot dipopulerkan lagi oleh seniman Jepang Yayoi Kusama.Karya-karyanya yang penuh titik menciptakan kesan repetitif yang menenangkan sekaligus penuh energi.
Kusama pernah berkata, “Polkadot adalah matahari dan juga bulan yang tenang,” dan kalimat itu terasa pas menggambarkan bagaimana motif sederhana ini bisa membawa harapan, terutama di masa sulit.
Menurut laporan The Guardian, rumah mode seperti Valentino, Marc Jacobs, Celine, hingga Balenciaga kembali memanfaatkan polkadot karena motif ini identik dengan rasa optimisme.
Menariknya, tren ini memang sering muncul setelah periode sulit, seperti krisis 2008 hingga pandemi 2020. Ada sesuatu dari repetisi titik yang ritmis, stabil, dan ringan dilihat yang membuat polkadot terasa menenangkan ketika hidup sedang serba tidak pasti.
Kini polkadot bukan sekadar motif lucu. Lebih dari itu, polkadot juga jadi simbol bahwa hal kecil sekali pun bisa membawa rasa aman dan harapan baru. Dan lewat fesyen, kita diajak merayakan hal-hal sederhana yang membuat hidup terasa lebih ringan.
Polkadot, dengan ciri khas titik-titik bulat yang manis dan berulang, dikenal sebagai motif klasik yang tak lekang oleh waktu. Setelah sempat redup, tren ini kembali hadir dalam koleksi busana, mulai dari gaun, blus, rok, hingga aksesori. Banyak kalangan muda maupun dewasa memilih polkadot karena tampilannya yang sederhana namun tetap elegan.
Menurut pengamat mode,Maya kembalinya polkadot dipengaruhi oleh dua hal utama: nostalgia dan fleksibilitas. Nostalgia karena motif ini identik dengan era retro yang memberi nuansa klasik, sementara fleksibilitasnya membuat polkadot cocok dipadukan dengan gaya modern, baik kasual maupun formal.
“Polkadot mudah diaplikasikan. Dengan paduan warna netral, tampilannya bisa sangat chic. Jika ingin berani, warna kontras justru membuatnya tampil playful dan segar,” ungkap Maya Anggraini
Selain itu, tren media sosial turut berperan besar dalam mengangkat kembali polkadot. Influencer dan selebriti kerap terlihat mengenakan busana bermotif titik-titik, membuat gaya ini kembali viral di kalangan anak muda.
Dengan perpaduan nilai klasik dan sentuhan modern, polkadot kembali membuktikan dirinya sebagai motif yang timeless dan selalu relevan. Para pelaku industri fesyen pun diprediksi akan terus mengolah variasi polkadot dalam koleksi mereka sepanjang tahun ini.
Motif ini sangat fleksibel, cocok untuk yang ingin tampil standout maupun yang memilih gaya subtle. Beberapa fesyen influencer lokal pun sudah menunjukkan gaya polkadot versinya. Seperti @j.noviena tampil preppy dengan dress polkadot off-shoulder yang dipadukan dengan kemeja putih polos dan mary jane merah sebagai statement.
Lalu ada, @bilasuryanto menghadirkan gaya athleisure-meets-edgy dengan long sleeve sporty top, pencil skirt polkadot, boots runcing, dan obi belt utilitarian.
Tips lainnya, bisa memadukan polkadot sheer dress dengan heels hitam untuk look malam yang elegan. Lalu, coba blus polkadot dan celana garis-garis untuk clashing print yang berani. Tambahkan aksesori polkadot seperti heels, scarf, atau bahkan nail art untuk sentuhan kecil yang playful.(gus,ist/dya)




