
Semangat Pagi....
Mak Deg, begitu salah satu ungkapan orang Surabaya untukmenggambarkan keterkejutan. Itulah yang saya rasakan saat mendengar dan melihatteman-teman mengakhiri pekerjaannya di perusahaan yang telah lama menjaditempat mencari penghidupan. Seperti flashback jejak kehidupan, karena 3 tahunlalu saya mengalami kondisi serupa.
Pensiun dini atau berhenti pekerjaan pada usia produktif dantanpa perencanaan panjang menurut kebanyakan orang mungkin keputusan yangberani. Nyali makin diuji saat teman, saudara bahkan keluarga termasuk dirisendiri bertanya: Mau melakukan apa?Apakah harus sama menjalani profesi yang sama di tempat yang berbeda ataumencoba hal yang baru?
Keputusan yang tidak mudah, karena perkalian faktornya lebihbanyak dari pada ketika kita masih sendiri alias jomblo. Kehidupan keluargamenjadi pertimbangan terbesar.
Sekitar Tahun 2017 saya juga mengalaminya. Karena tidak adaperencanaan panjang maka jalan tanpa arah, tidak ke kanan tidak ke kiri, tapijuga tidak lurus. Binggung? tidak juga sih. Dipikir karo ngopi.
Tapi hidup memang akan menemukan jalannya. Ketika kitamencoba mengarahkan ke sebuah titik ternyata di ubah oleh Yang Memiliki Hidup.Seperti ditampar, disitu bukan tempatmu, kamu lebih baik di tempat ini. Itulahyang terlintas dalam pikiran.
Berbicara tempat atau kemanfaatan manusia, ada teman yangberbicara jika manusia ketika lahir sudah memiliki peranan masing-masing,karena Tuhan tidak mungkin menciptakan makhluknya dengan peranan yang sama.“Masak semua menjadi presiden? atau anggota dewan semua, tentu tidak.
Semua berbeda biar terjadi harmoni. Namun individu itu sendiri kadang belum mampu membaca tanda-tanda apa yang terbaik untuk dirinya. Kadang kita melangkah salah, bahkan pada saat usia produktif kita .
Sejak kita kecil pasti ada banyak pengalaman hidup yangdiberikan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Setiap individu pasti berbeda,dengan cerita hidup masing-masing yang menurut saya pasti unik.
Saya sendiri ketika kecil memiliki pengalaman luar biasa,dari jualan gorengan keliling kampung, jualan kacang di terminal, jualan telurdi pasar hingga kernet bemo. Jangan remehkan nilai akedemis saya, meski sibukdi luar rumah, saya sering kali juara kelas di sekolah.
Saya diminta untuk menjalani semua itu. Tentunya saat itu,saya menjalani hari itu tidak segembira ketika saya menuliskan pengalaman inidalam beberapa paragraf tulisan. Karena semua anak kecil pasti ingin memilikipengalaman hidup penuh keindahan dan kebahagiaan.
Pengalaman-pengalaman itu sepertinya sebuah penanda yangharus saya lalui untuk bekal di kemudian hari. Bahkan bagi saya (saat masihbekerja di sebuah perusahaan) pengalaman kecil itu adalah cara untuk bertahanhidup saja.
Akhirnya masa itu datang juga. Ketika Tuhan mengarahkanlangkah saya menuju 'rute' sebenarnya. Bagi saya Allah tidak akan merestuisebuah keputusan jika itu memang bukan jalan yang paling baik.
Dari yang awalnya hanya mengurus diri sendiri dan keluarga,sekarang Alhamdulillah saya diberi amanah mengurus lebih dari 20 kepalakeluarga. Ada tantangan-tantangan yang harus diselesaikan, tentunya lebih besardibanding ketika saya bekerja di sebuah perusahaan.
Penanda-penanda kecil itu sekarang menjadi manfaat. Kerja keras, kerja ikhlas masih harus dijalani. Semoga teman-teman saya bisa membaca penanda-penanda itu. Percaya, tempat terbaik akan ada untuk mereka yang bersungguh-sungguh.
Tarmuji Talmacsi, entrepreneur di L Media (Harian Lentera Today, lenteratoday.com, lentera.tv,) Founder Perkumpulan Gurukuhebat