19 April 2025

Get In Touch

Manfaatkan Limbah Bambu, Pengusaha Blitar Hasilkan Beduk Nusantara Bernilai Puluhan Juta

Anshori Baidowi menunjukkan produk Beduk Nusantara dan proses pembuatannya dari pemanfaatan limbah bambu
Anshori Baidowi menunjukkan produk Beduk Nusantara dan proses pembuatannya dari pemanfaatan limbah bambu

BLITAR (Lenteratoday) - Berawal dari melimpahnya limbah bambu, sisa produksi tusuk sate dan sumpit. Seorang pengusaha asal Kabupaten Blitar, sukses memanfaatkan menjadi beduk bernilai puluhan juta.

Anshori Baidowi, warga Dusun Jambewangi, Desa Tawangrejo, Kecamatan Wonodadi Kabupaten pengusaha yang sukses memanfaatkan limbah bambu, sisa produksi tusuk sate dan sumpit. "Berawal pada sekitar tahun 2013, saya memulai usaha pembuatan tusuk sate dan sumpit, dengan bahan dasar dari bambu," ujar Anshori.

Setelah berkembang muncul masalah limbah bambu yang mencapai 80 %, dari sisa produksi tusuk sate dan sumpit. Kita bingung harus diapakan, kalau dibuang dengan cara dibakar tentu membutuhkan biaya dan menimbulkan polusi," ungkap pria yang juga menjabat Ketua DPC PPP Kabupaten Blitar ini.

Padahal setiap harinya, bisa menghabiskan bahan baku bambu mencapai 8 ton. Bisa dibayangkan jika sekitar 80% diantaranya menjadi limbah, berbentuk serutan bambu. Akhirnya Anshori konsultasi dan melakukan uji laboratorium, untuk mengetahui kekuatan limbah serutan bambu. Ternyata jika diolah setelah digiling menjadi serbuk, kemudian dicampur lem dan formula lain yang rahasia. Lalu cetak dan dioven bisa menjadi partikel board. "Hasil partikel board serbuk limbah bambu telah diuji, kekuatannya bisa dua kali lipat dibanding partikel board berbahan serutan kayu dan pori-porinya lebih rapat," terang Anshori.

Hasil dari pembuatan partikel board, saya buat menjadi daun pintu dan coba-coba membuat beduk. Kenapa memilih beduk, menurut Anshori hampir setiap masjid membutuhkan beduk. Kemudian bahan baku kayu juga mulai sulit dan mahal, apalagi beduk yang berukuran besar. "Kami namakan produknya Beduk Nusantara warisan budaya bangsa, yang dari bentuk penyangganya mengandung filosofi mulai dari tingginya terbagi atas 3 shaf atau tingkatan yaitu Iman, Islam dan Ikhsan," bebernya.

Kemudian ada hiasan ukiran kaligrafi dan 9 bintang, terbagi 4 bintang di sebelah kiri menggambarkan 4 imam jaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian 4 bintang di sebelah kanan, menggambarkan 4 sahabat Nabi Muhammad SAW. Serta terakhir bintang di tengah, melambangkan keagungan Rosulullah Muhammad SAW. "Kenapa dihiasi bintang 9, karena saya yakin beduk juga merupakan warisan dari Wali Songo yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa," jlentreh pria yang juga menjabat anggota DPRD Kabupaten Blitar ini.

Dari usaha yang dimulai sekitar 2017 dan diberi nama Pinang Arum sesuai lokasinya Dusun Jambewangi ini, Anshori mengaku bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 50 orang. Mayoritas warga sekitar, tapi ada juga dari Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri.

"Untuk memproduksi beduk dengan bahan limbah bambu ini, hanya dibutuhkan waktu 1-2 minggu. Jadi bisa cepat melayani konsumen, berbeda dengan bahan kayu yang harus menunggu berbulan-bulan," tandasnya.

Untuk harga Beduk Nusantara ini yang berukuran paling besar mencapai Rp 50-60 juta, sedang Rp 30-40 juta dan kecil atau standar Rp 10-20 juta. Produknya juga sudah merambah ke berbagai daerah di nusantara, selain suara menggelegar tidak kalah dengan beduk berbahan baku kayu. "Kualitasnya juga dijamin, jika pecah digaransi selama 5 tahun," pungkasnya. (ais)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.