
Blitar - Komisi III DPRD Kota Blitar geram dengan hasil temuan saat sidak ke proyek pembangunan Pasar Legi senilai Rp 39 M, karena tidak sesuai perencanaan awal dan baru selesai 70 persen.
Temuan ini disampaikan Ketua Komisi III DPRD Kota Blitar, Totok Sugiarto usai sidak melihat hasil pembangunan Pasar Legi hanya mencapai 70 persen atau tidak selesai 100 persen, dari perencanaan awal. "Padahal perencanaan awal, dengan anggaran Rp 39 miliar, bisa diselesaikan seluruhnya lantai 1 dan 2 serta bisa ditempati pedagang," kata Totok, Selasa (21/1/2020).
Dijelaskannya pada awal perencanaan, sudah disiapkan anggaran Rp 50 miliar. Tapi karena alasan efisiensi, hanya diserap Rp 39 miliar untuk menyelesaikan sesuai perencanaan awal yaitu bisa ditempati lantai 1 dan 2. "Tapi kenyataan di lokasi, lantai 2 tidak selesai. Keramik belum terpasang, termasuk bangunan kios juga belum ada," jelasnya.
Ternyata dari keterangan pelaksana proyek, ada adendum atau perubahan kontrak pekerjaan. Yaitu mengalihkan alokasi anggaran yang seharusnya untuk lantai 2, digunakan untuk lantai 1 guna mengganti pondasi lama yang tidak simetris. "Kita tidak pernah diberitahu mengenai perubahan ini, pada hal jika mengacu perencanaan awal tidak begitu. Anggaran untuk menyelesaikan semuanya, lantai 1 dan 2 hingga siap digunakan pedagang," tegas Totok dengan nada tinggi.
Apalagi, sisa anggaran tahun 2019 sebesar Rp 10 miliar juga tidak dianggarkan di APBD 2020, untuk menyelesaikan pembangunan di lantai 2. "Tapi justru menganggarkan pembelian travelator sebesar Rp 800 juta, padahal pengerjaan di lantai 2 belum selesai. Lalu untuk apa dipasang travelator," kata Totok.
Pelaksana proyek dari PT Ayem Mulia Indah/PT Modern Makmur Mandiri (KSO), M Duhrol Usodi mengatakan pekerjaan fisik Pasar Legi sesuai dengan perencanaan yang diminta pihak dinas, untuk lantai 2 memang belum selesai. Karena ada perubahan spesifikasi pembangunan, dimana saat memasang baja bentang ternyata kolom di pondasi pasar tidak semetris. "Pemasangan baja bentang tidak bisa dilakukan, kalau mengikuti kolom pondasi pasar lama. Akhirnya, kami mengangkat telapak pondasi lama dan membangun yang baru," ujarnya.
Melihat kondisi demikian Totok yakin pedagang tidak bisa segera pindah, bahkan sampai lebaran juga belum tentu bisa menempatinya. "Lihat saja kondisinya masih seperti ini, keramik belum terpasang dan bangunan kios juga belum ada," bebernya.
Diungkapkan Duhrol anggaran pembangunan di lantai 2 digunakan untuk pembangunan telapak pondasi di lantai 1. Biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan telapak pondasi di lantai 1 juga lumayan besar. "Secara fisik memang belum selesai 100 persen, tapi secara administrasi pekerjaan sudah selesai 100 persen. Pekerjaan itu juga sudah diserahterimakan sebelum 18 Desember 2019, sesuai dengan perjanjian kontrak. Perubahan kontrak juga sudah disepakati bersama," pungkasnya.(ais)