13 April 2025

Get In Touch

Cegah Learning Loss Karena Covid-19, Ini Tips Pak Nuh

Prof. Mohammad Nuh
Prof. Mohammad Nuh

SURABAYA (Lenteratoday) – Prof. Mohammad Nuh, Ketua Dewan Pers sekaligus mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkap penyebab pendidikan mengalami learning loss yang luar biasa di era Pandemi. Dia juga mengeluarkan tips untuk mencegahnya.

Dalam paparanya pada  Webinar SEVIMA pada Selasa (24/08/2021) sore, Prof Nuh, atau yang akrab dengan sapaan Pak Nuh ini mengungkapkan bahwa penyebab learning loss adalah penggunaan teknologi sekadarnya saja. Kemudian, cara para pendidik mengajar lewat aplikasi video-conference tak jauh berbeda dengan cara mereka sebelumnya mengajar di depan papan tulis.

Untuk itu, Pak Nuh berharap supaya teknologi dimanfaatkan untuk mitigasi dunia pendidikan secara besar-besaran sebagai enabler (pembuka akses) dan disruptor (perombakan) dalam mendidik. Tidak hanya sebagai alat.

Pak Nuh memberikan empat tips bagaimana teknologi bisa memitigasi dunia pendidikan secara besar-besaran. Yang pertama, filosofi dalam memanfaatkan teknologi dalam pendidikan harus kita sepakati secara jelas dan tegas: yaitu semangat untuk memenuhi janji kemerdekaan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tips kedua adalah memastikan tujuan memanfaatkan teknologi dalam pendidikan adalah untuk mendidik anak-anak bangsa dalam menghadapi tantangan di masa depan. Utamanya, tantangan di momen 100 tahun kemerdekaan nanti pada tahun 2045.

Sehingga, pendidikan tidak boleh berpola hafalan. Karena, apa yang dipelajari saat ini, belum tentu akan dipakai di masa depan. Yang paling penting adalah mengajarkan kepada pelajar learning how to learn (belajar caranya belajar).

“Indonesia punya banyak mimpi pada 25 tahun mendatang. Namun Indonesia seakan memiliki miopi atau rabun jauh. Kita mendidik dengan ilmu dan cara hari ini, padahal yang penting adalah learning how to learn (belajar caranya belajar), agar 2045 jauh disana kita bisa jangkau, dan pelajar kita jadi pembelajar sepanjang hayat,” jelasnya. 

Tips yang ketiga, adalah memahami bahwa Indonesia memiliki tantangan sekaligus peluangnya tersendiri. Sebagai negara kepulauan dengan keberagaman sosio-ekonomi yang begitu luas, memang masalah berupa konektivitas internet, akses, maupun pemahaman dan kemampuan mengoperasikan teknologi digital, merupakan kesenjangan (digital divide) yang tak bisa dinafikan.

Akan tetapi, Indonesia memiliki dua modal utama, yaitu: demographic dividend - dimana 64% dari total populasi Indonesia ada di usia produktif, dan digital dividend - dimana usia produktif yang masih rajin belajar dan bekerja ini ketika diberi akses kepada teknologi informasi, maka dapat secara kreatif mengatasi sejumlah permasalahan pendidikan di tanah air.

Tips yang terakhir, teknologi digital perlu ditransformasi menjadi digital lifestyle. Yang dimaksud digital lifestyle, adalah gaya dalam mengajar dan mendidik perlu berangkat dari kebiasaan di dunia digital.

Sederhananya saja, sistem pembelajaran digital tidak memerlukan tatap muka di waktu pembelajaran. Ketika materi pembelajaran sudah ada dalam bentuk video, maka belajar bisa kapan saja, dimana saja.

“Ini perlu perubahan mindset. Belajar dari rumah secara hybrid, bukan belajar di rumah dengan cara memindahkan papan tulis dan klasikal kelasnya saja ke dalam aplikasi. Dan perubahan ini harus kita lakukan sangat cepat, karena kedepan kebutuhan skill juga makin kompleks,” lanjut Pak Nuh. (ufi)

Share: