07 April 2025

Get In Touch

Terapi Bermain Solusi Turunkan Stres pada Anak Korban Perceraian

Terapi Bermain Solusi Turunkan Stres pada Anak Korban Perceraian

Surabaya – Anak sering kami merasa stress, tentu hal ituberakibat buruk pada perkembangan anak tersebut. Stress dapat timbul dariberbagai factor. Salah satunya adalah factor kondisi keluarga sepertiperceraian orang tua. Untuk menjaga kondisi perkembangan anak supaya tetapseimbang, maka dibutuhkan terapi yang tepat, diantaranya adalah dengan terapi bermain.

Untuk diketahui, data yang tercatat dari Badan PusatStatistika (BPS) jumlah perceraian di Indonesia meningkat pada tiap tahunnya. Padatahun 2015 sebanyak 353.843, tahun 2016 sebanyak 365.654, tahun 2017 sebanyak374.516, dan tahun 2018 sebanyak 419.268 kasus.

Peristiwa perceraian memberikan dampak yang mendalam bagisuami, istri, dan tentunya bagi anak-anak dalam keluarga. Beberapa di antaranyayaitu, menimbulkan stres, tekanan, serta perubahan mental dan fisik. Peristiwaperceraian juga dapat membuat anak larut dalam konflik orang tua, kebingungan,serta kehilangan peran orang tua.

Salah satu pakar psikologi Universitas Airlangga Dr.Hamidah, M.Si., Psikolog., mengharapkan meski terhadi  konflik atau perceraian yang terjadi padaorang tua, mereka tetap diharapkan dapat menjaga perhatian pada anak dengan seimbang.Tingkat stres yang dialami oleh anak bergantung dari beberapa hal, seperti polaasuh, kehilangan salah satu figur, persepsi anak pada orang tua, dan lainnya.

“Kondisi tersebut (perhatian yang seimbang) dapat mengurangibeban si anak, mungkin ketika tidak bisa menemui salah satu pihak,” ungkapnya.

Hamidah menerangkan bahwa stres kadang kali muncul dengantidak disadari secara penuh, sehingga hal tersebut tidak terkelola dengan baik.Kemudian, berat dan ringannya stres pada anak bergantung dari bagaimana orangtua memberlakukan dan bagaimana anak mempersepsikan perilaku dari orang tuanya.Menurut Hamidah, stres merupakan sebuah hal yang perseptual.

Selain stres, perilaku tertentu akibat perceraian juga dapatmuncul seiring dengan perubahan kondisi yang dialami oleh anak. Sepertikekecewaan tidak bersama orang tua, kekecewaan tidak terpenuhinya kebutuhanfisik dan psikologis, agresif, menghindar, menentang, melarikan pada kegiatandi luar rumah, dan lainnya.

Menanggapi hal tersebut, sebuah metode terapi bermainmenjadi solusi untuk menurunkan tingkat stres pada anak. Terapi bermainmerupakan suatu model untuk membangun proses interpersonal pada anak, dikarenakanbermain merupakan cara alami bagi anak untuk belajar dan berinteraksi denganorang lain.

“Usia anak-anak adalah dunia bermain. Jadi ketika mengalamikondisi yang tidak menyamankan dan kurang membahagiakan dia, kita bisa bantudengan terapi bermain,” ujarnya.

Terapi tersebut dapat dilaksanakan oleh terapis yang sudahterlatih dengan menggunakan kekuatan terapeutik bermain, untuk membantu anakdalam mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial dan mencapaipertumbuhan serta pengembangan optimal.

Terapi itu memiliki wujud yang sangat banyak, sepertimewarna, menggambar, bermain peran, dan membangun sesuatu. Adapun bahan yangdigunakan juga bermacam-macam, seperti kertas, alat rumah tangga, pewarna,plastisin, dan lainnya.

“Masing-masing mainan itu akan memberikan stimulus untukanak itu diminta mengekspresikan perilaku tertentu,” paparnya.

Sebelum menjalankan terapi, sang terapis membuat sebuahpenilaian untuk menyesuaikan antara keahlian dan metode apa yang paling tepatuntuk diberikan pada anak, sesuai dengan permasalahan atau stresnyamasing-masing. Dari penilaian tersebut, terapis akan menentukan intervensi yangdigunakan, lama sesi, orang yang terlibat, fasilitas, dan sarana yangdibutuhkan.

Kemudian, pertemuan tidak hanya dilakukan sebanyak satukali, namun dengan beberapa sesi tergantung pada kondisi. Stres dalam kategoriringan dapat diberikan sebanyak 2-3 sesi, namun jika persoalan lebih dalamseperti adanya kekerasan dalam rumah tangga maka diperlukan sebanyak 5-6 sesi.

Dalam setiap pertemuan, proses healing tidak hanya denganbermain saja, namun juga dengan proses diskusi, dialog, dan bercerita. Hal itumenjadi sebuah kesempatan bagi terapis untuk menggali informasi lebih banyak,karena anak dapat bercerita dengan lebih leluasa. Kemudian, terapis jugamelakukan monitoring melalui pre-test dan post-test sebagai alat ukur tingkatkeberhasilan dalam pelaksanaan terapi.

“Anak bisa bikin macam-macam. Dari situ, terapis akanmemberikan pertanyaan yang terapeutik juga. Jadi ketika dia cerita itu ada efekbisa melepaskan emosi-emosi yang selama ini mungkin belum terlepaskan,”jelasnya.

Lalu, Hamidah juga mengungkapkan bahwa terdapat dua dasaryang seringkali digunakan sebagai pendekatan dalam terapi bermain, yaknipsychodinamic dan humanistik theory. Strategi dan proses yang merujuk padasetiap pendekatan akan tergantung dari keahlian setiap terapis. (ist/ufi)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.