07 April 2025

Get In Touch

Pemuda ini Melahirkan Literasi Modern

Pemuda ini Melahirkan Literasi Modern

Jakarta – Pendidikan literasi tidak hanya melalui pendidikan formal disekolah saja, namun juga bisa dilakukan dengan cara. Salah satunya adalahdengan pendidikan yang dikembangkan oleh Irwan Bajang, dia menerapkan  Independent School. Sebuah pendidikan sebuahpendidikan literasi yang didasarkan atas keterbatasan dana.

Irwan Bajang saat menceritakan suka duka edukasi literasi belum lamaini di bilangan Blok M, Jakarta menjelaskan bahwa Independent School merupakansalah satu wadah untuk menjalankan edukasi literasi (kemampuan menulis danmembaca) untuk masyarakat.

Bahkan, selain  mengembangkanindependent school yang ada Yogyakarta, lelaki yang kerap disapa Bajang ini jugamemanfaatkan beberapa wadah lainnya untuk melakukan edukasi literasi, sepertiIndie Book Corner, dikenal sebagai penerbitan, percetakan dan toko buku mandiriyang melayani jasa konsultan, Toko Budi (Buku Indie), yang hadir di berbagaiplatform e-commerce, dan patjarmerah, festival literasi berskala kecil danpasar buku dengan misi keliling Nusantara. Di antaranya Yogyakarta, Malang,Semarang dan Jakarta.

“Kurangnya minat baca masyarakat di Indonesia hanya sebuah stigma.Sebenarnya ada keterbatasan wadah bagi para pecinta literasi dalam mencaribahan bacaan. Hadirnya patjarmerah dengan harapan dapat menjangkau kebutuhanmasyarakat, terutama di daerahdaerah terhadap buku yang diinginkan,” ujarBajang yang merupakan alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) JurusanIlmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran,Yogyakarta, seperti dalam rilis yang diterima lenteratoday.com.

Kegigihannya dalam mengedukasi masyarakat pentingnya literasi membuatBajang, pria kelahiran Aik Anyar, Nusa Tenggara Barat, mendapat apresiasi SATUIndonesia Awards tahun 2014 kategori pendidikan dari Astra.  “Adanya SATU Indonesia Awards dari Astrasangat membantu kegiatan Independent School, terutama dalam segi publikasi.Banyak yang mengajak saya untuk kolaborasi setelah menerima penghargaan,”tuturnya.

Sinergi antarpenulis dan penerbit dapat dilakukan melalui wadah yangdicetuskan Bajang, karena langkah ini dipercaya menjadi solusi efektif darimasalah di dunia literasi. Dia tidak hanya mengedukasi literasi berupa tulisansaja, melainkan bentuk visual yang samasama dapat menceritakan berbagai makna.Pun, kolaborasi dengan berbagai komunikasi seperti para musisi kerap dilakukanBajang.

“Literasi tidak melulu bicara soal baca dan tulisan. Melainkanbagaimana masyarakat saling berkomunikasi, menangkap gagasan, dan menyampaikannyakembali,” ujar salah satu pengajar Independent School yang kini berusia 33tahun tersebut.

Upaya Bajang memodifikasi edukasi literasi dengan setuhan modern ini mendapatkanrespons positif dari masyarakat secara luas. Salah satu contoh nyata ialah berkolaborasidengan MocoSik Festival 2019 di Yogyakarta. Tiket menonton acara musik yang menampilkanmusisi indie maupun major, dapat ditukar menjadi salah satu buku dari berbagaipenerbit.

“Kita sadar para musisi tidak dapat menciptakan lirik yang berkualitastanpa adanya sumber bacaan yang bagus. Oleh karena itu kita bangun simbiosismutualisme antara musik dan buku. Hal tersebut membantu kami dalammenyebarluaskan dunia literasi kepada para peserta yang didominasi olehgenerasi millennial,” tutur Bajang yang juga penulis buku Kepulangan Kelima.(ist/ufi)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.