
Madiun - Pengetahuan akan literasi keuangan dinilai sangat penting untuk pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Karena itu, Wakil Walikota (Wawali) Madiun Inda Raya meminta pada para pelaku UMKM untuk memahami literasi keuangan.
Hal itu disampaikan Wakil Walikota Madiun Inda Raya saat membuka acara Literasi Keuangan yang diadakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Hotel Aston, Madiun, Rabu (19/2/2020). Dia menandaskan bahwa, literasi keuangan sangat penting untuk mengembangkan usaha dan memperluas akses permodalan. Terlebih peran UMKM di Kota Madiun juga dapat menjadi senjata ampuh untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kota.
"Dimanfaatkan betul ya, kalau tidak tahu, tanya jangan dipendam, jangan grundel dalam hati. Hal ini bagus untuk pengembangan usaha bapak-ibu," katanya.
Kendati demikian, Inda menegaskan jika pembangunan dan percepatan ekonomi yang bagus harus diiringi kualitas SDM yang mumpuni. Maka penguatan literasi dalam lingkup UMKM juga harus diprioritaskan guna membangun karakter SDM yang kuat.
Ia mencontohkan, seperti halnya Pedagang Kaki Lima (PKL). Seharusnya kata Inda, apabila ada PKL yang kedapatan membuang sampah sembarangan, itu tandanya mereka tidak mematuhi tata tertib "Itu contoh yang tidak mendukung pembangunan ke depan," katanya.
Diakhir sambutannya ia berharap semoga acara tersebut bermanfaat bagi UMKM maupun Pemkot Madiun. Ia juga mengapresiasi kegiatan ini karena mendukung visi misi Walikota Maidi dan dirinya sebagai wakil wali kota.
Sementara itu kepala OJK, Kediri Bambang Supriyanto memaparkan perihal korelasi antara literasi keungan dengan kemakmuran pengusaha. Karena menurutnya kemakmuran masyarakat antara lain salah satunya dilihat dari tolok ukur tingkat literasi pengusaha itu sendiri.
"Semakin paham, maka tingkat literasi sangat baik, kondisi itu akan mencerminkan kemakmuran. Namun kalau rendah, berarti ada sedikit kemakmuran yang harus ditingkatkan," pungkasnya.
Sedangkan dari hasil survei OJK tentang uji literasi keuangan masyarakat Indonesia di tahun 2019, data menyebutkan bahwa tingkat literasi mencapai 30 persen dan tingkat inklusi 70 persen.
Meski target tercapai, lanjutnya jika dibandingkan dengan negara tetangga Indonesia masih tertinggal jauh. Seperti Singapura dengan inklusi 98 persen, Malaysia 85 persen dan Thailand 82 persen.
"Alhamdulillah di tahun 2019 target pemerintah tercapai. Tapi ya gitu kita masih kalah dengan negara tetangga. Ke depannya kita akan terus mendorong adanya litarasi ini karena ini penting," ujar Supriyanto. (Sur)