KEBIJAKAN ‘diskon’ waktu karantina menjadi 5 hari—dari sebelumnya 8 hari-- untuk semua jenis pelaku perjalanan, di satu sisi menjadi kabar baik bagi masyarakat. Tapi, di sisi lain langkah ini dikhawatirkan memicu gelombang baru pandemi Covid-19 di negeri ini. Sebab, berdasarkan studi di Selandia Baru karantina 5 hari memicu bobolnya kasus hingga 25%. Dan 5 hari itu menjadi masa rawan karena tes PCR berdasarkan riset The Lancet di Cina, kasus positif masih bisa lolos 36%. Padahal, karinta merupakan ujung penapisan bagi pelaku perjalanan internasional yang masuk ke Indonesia untuk memastikan tak membawa virus. Apalagi sekarang, varian Mu dan C.12 diramalkan jadi penyebab gelombang ketiga corona.https://cdn.lentera.co/c/newscenter/lenteratoday/2021/10/15102021.pdf
[3d-flip-book id="70342" ][/3d-flip-book]https://cdn.lentera.co/c/newscenter/lenteratoday/2021/10/15102021.pdf">



![PERHATIAN! BEREDAR OBAT ‘KEBAL COVID’ BERBAHAYA [Koran Digital Kamis,14/10/2021]](https://cdn.lentera.co/c/newscenter/lenteratoday/2021/10/Desain-Lentera-Version-1-4.jpg)
![ISU ‘HIDDEN DEBT’ CINA BERGOLAK, PEMERINTAH MENGELAK [Koran Digital Senin,18/10/2021]](https://cdn.lentera.co/c/newscenter/lenteratoday/2021/10/Desain-Lentera-Version-1-5.jpg)
