10 April 2025

Get In Touch

Mengapa Mbak Puti Harus Jadi Walikota Surabaya ?

Mengapa Mbak Puti Harus Jadi Walikota Surabaya ?

Oleh : Saleh Ismail Mukadar (Mantan Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya)

Pemilihan Walikota (Pilwali)Surabaya 2020 adalah Pilwali secara terbuka yang ke-empat bagi warga Surabayadan PDI Perjuangan. Dalam tiga Pilwali sebelumnya, PDI Perjuangan (calon yangdiusung) menang mudah melawan rival-rivalnya. Mudah karena pada Pilwali 2005PDI Perjuangan sudah memiliki tokoh yang layak dijual yakni Bambang DH, meski hanyadalam dua tahun melanjutkan kepemimpinan Walikota Soenarto Soemoprawiro, mantanGuru matematika itu, telah melakukan banyak langkah strategis yang merubahwajah kota dan pelayanan birokrasi menjadi lebih baik. Sehingga Bambang DH - ArifAfandi mampu meraih suara 51,3 persen padahal Pilwali diikuti oleh empat pasangcalon.

Tahun 2010, dengan popularitas dan elektabilitas Bambang DH,ibarat sendal jepit dipasangkan dengan Bambang-pun pasti akan menang. Sayangnyakarena Undang Undang tidak mengizinkan karena dianggap telah dua Priode, makaDPP memasangkan Bambang DH dengan Tri Rismaharini, dimana Bambang dipasanghanya sebagai Wakil. Namun posisinya ini justru bertujuan untuk mendulang suaradan buktinya pasangan ini menang mudah ketika itu.

Selama 2010 sampai dengan 2015, Risma hanya meneruskan program yang sudah dikerjakan Bambang-Arif Afandi, terutama dalam memelihara dan merawat taman kota. Meski demikian, elektabilitas perempuan asal Kediri itu bahkan jauh diatas Bambang DH ketika maju pada Pilwali 2015. Risma yang dipasangkan dengan Wisnu Sakti Buana, Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya, menang mudah melawan pasangan Rasiyo- Lucy yang didukung Partai Demokrat, PAN dan beberapa Parpol lain.

Pilwali tahun 2020, PDI Perjuangan justru jauh lebih baikdari tiga Pilwali sebelumnya. Tapi entah karena Wisnu tidak diberi peran selamamenjabat sebagai Wakil Walikota atau karena faktor mantan ketua DPC Surabayabukanlah sosok yang kuat sebagaimana pendahulunya yaitu Bambang DH dan Risma,apalagi rival kali ini adalah Machfud Arifin, mantan Kapolda Jatim yang sudahdidukung oleh dana yang cukup berikut sejumlah Partai yang memiliki kinerja bagus, maka PDI Perjuangan harusberhitung ulang sebelum memutuskan siapa yang akan maju dan bisa tetapmempertahankan eksistensi PDI Perjuangan di Ibukota Jatim ini.

Di luar, Puti Guntur Soekarno - Wisnu Sakti Buana memiliki popularitasjauh diatas semua tokoh yang saat ini akan bertarung di Pilwali Surabaya. Diinternal Partainya, Wisnu juga paling banyak mendapatkan dukungan. Tapifaksi-faksi seperti faksi Bambang Saleh serta faksi Risma adalah faksi yang selamaini tidak akur dengan faksi Wisnu. Sehingga sekalipun PDI Perjuangan saat inidalam kondisi sangat baik, tapi ketika menyikapi Pilwali kondisi itu sangatmungkin akan jauh berbeda. Padahal Wisnu juga sangat lemah untuk meraih dukungandari ekternal partainya. Belum lagi berbagai ancaman yang dilontarkan pihaklawan akan men-Tikno-kan calon selain Machfud.

Menurut beberapa lembaga Survey dengan calon yang ada, PDIPerjuangan berpotensi kalah bila internal partainya tidak solid. Sehingga,menurunkan Puti Guntur Soekarno sebagai calon adalah langkah strategis. Justruuntuk menyatukan faksi-faksi yang bertikai di dalam PDI Perjuangan, sekaligusuntuk memelihara elektabilitas cucu Bung Karno tersebut di Jatim bila tahun2024 dia harus maju untuk bertarung di Pilgub Jatim. Hal ini bukan tidakmungkin, lantaran hampir pasti Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jatim saatini, akan diajak untuk menjadi Cawapres. Sementara, Jatim kehilangan orang kuat dan hal ini menjadi peluang besarbagi PDI Perjuangan untuk bisa meraih kursi Gubernur sepeninggal Khofifah.

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.