
BlITAR (Lenteratoday) - Inovasi petani Blitar yang menggagas Konsep Green Economic Growth berupa Integrated Farming One Zone Ten Products mendapat dukungan Wakil Bupati Blitar dengan mengundang investor ke Kabupaten Blitar.
Hal ini disampaikan Wakil Bupati Blitar, Rahmat Santoso, menanggapi adanya inovasi petani dari Kabupaten Blitar yang menggagas Konsep Green Economic Growth berupa Integrated Farming One Zone Ten Products. "Pasti saya dukung, baik secara pribadi maupun atas nama Pemkab Blitar," ujar Wabup Rahmat, Selasa (30/11/2021).
Lebih lanjut orang nomor dua di Kabupaten Blitar tersebut menjelaskan kalau konsep yang digagas itu bagus dan sesuai dengan kondisi Kabupaten Blitar, di mana lahan yang tersedia juga masih banyak. "Gagasan itu sangat bagus dan layak didukung, nanti bisa disinergikan dengan investor yaitu pengusaha yang membutuhkan bahan baku dari hasil produknya," jelas Wabup Rahmat.
Pria yang akrab disapa Makdhe Rahmat ini memberikan contoh, diantaranya perusahaan olahan makanan beku (frozen food) dan perusahaan roti atau kue yang membutuhkan telur serta sayur maupun produk lainnya. "Selama untuk kemajuan dan kesejahteraan warga Kabupaten Blitar, wajib didukung," tandas pria yang juga menjabat Ketua Umum DPP Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI) ini.
Oleh karena itu Makdhe Rahmat sudah mulai berkomunikasi dengan beberapa koleganya para pengusaha, membicarakan teknis untuk mendukung suksesnya gagasan yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan petani, peternak dan UMKM di Kabupaten Blitar tersebut. "Kebetulan ini akhir tahun, kalau bisa terwujud kerjasamanya dimulai awal tahun (2022) kan bagus," imbuhnya.
Seperti diketahui Anna Lutfhie, seorang petani dari Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar menggagas konsep Green Economic Growth berupa Integrated Farming, yaitu One Zone Ten Products atau 1 Kawasan 10 produk. Mulai pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan hingga UMKM.
Anna Luthfie yang juga Wakil Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Timur ini, awalnya prihatin dengan kondisi petani baik di Blitar maupun secara umum di Indonesia. "Bagaimana masa depan petani, kalau musim panen harga anjlok. Sedangkan biaya produksi untuk bibit, pupuk dan lainnya semakin naik," tutur Luthfie sebelumnya.
Kondisi ini yang mendorong Luthfie menggagas Konsep Green Economic Growth berupa Integrated Farming, yaitu One Zone Ten Products atau 1 kawasan 10 produk. "Selama ini investasi, pembangunan dan ekonomi menjadi alasan untuk merusak lingkungan. Seharusnya bisa bersahabat dengan alam dan lingkungan," paparnya.
Apalagi dari hasil keliling ke beberapa daerah di Indonesia, Luthfie banyak menemui lahan tidur atau lahan kurang produktif di setiap desa. Bahkan luasnya bisa mencapai puluhan hektar, meskipun tidak dalam satu petak/lokasi tapi berada dalam satu zona atau kawasan desa tersebut," ungkapnya.
Adapun Konsep 1 kawasan 10 produk diterangkan Luthfie, dimana dalam 1 kawasan seluas sekitar 10-20 hektar bisa digunakan untuk : pertanian tanaman pangan dan buah-buahan unggulan, beternak ikan atau udang, beternak ayam, kambing atau sapi, tanaman hias, sayur mayur dan herbal (dengan green house) untuk ekspor, bertanam emas hijau (vanili) atau bertanaman emas hitam (cengkeh, kapulaga, pala dan lada), tempat pelatihan dan laboratorium, pusat kuliner dan industri olahan pertanian dan peternakan dan desa wisata.
"Kalau konsep ini dijalankan dengan serius, didampingi dan didukung oleh pemerintah. Bisa menjadi solusi Indonesia bahkan dunia, bernasis desa, teknologi tepat guna dan digital. Maka saya yakin petani bisa maju dan berkembang, serta memiliki daya saing untuk kebangkitan ekonomi," terangnya.
Oleh karena itu Luthfie yang juga sudah menerapkan konsep 1 kawasan 10 produk di desanya, ingin agar konsep yang diawali dari desa bisa diterapkan dengan dukungan pemerintah baik daerah, provinsi maupun pusat. Bahkan dalam waktu dekat, akan memaparkan konsep ini di 6 kementerian yaitu Menteri Pertanian, Menteri Desa dan PDT, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Investasi dan Menteri BUMN pungkasnya. (*)
Reporter : Arief Sukaputra
Editor : Lutfiyu Handi