
JAKARTA (Lenteratoday)- Epidemiolog Universitas Indonesia (UI ) menyebut tren kasus nasional Covid-19 di Jawa dan Bali saat ini kian membaik. Namun ia tetap mengingatkan bahwa penularan masih tetap terjadi. Usai terjangan Delta pada pertengahan 2021 lalu, pemerintah dan masyarakat menjadi lebih siap dalam menghadapi varian baru terakhir yakni Omicron dan sub-variannya.
"Saya lihat di Jawa dan Bali itu semuanya kasus terkonfirmasi sudah menurun, angka yang dirawat di rumah sakit dan meninggal memang jauh lebih rendah dibanding saat Delta, jadi secara makro tingkat keparahan lonjakan Omicron tidak sedahsyat delta, tapi penularan masih ada," paparnya dalam diskusi virtual yang digelar oleh Trijaya FM, Sabtu (12/3).
Untuk diketahui, jumlah kasus virus Corona bertambah 14.900 kasus pada Sabtu (12/3/2022), sehingga total menjadi 5.878.910. Pasien sembuh bertambah 33.733, meninggal 248. Sebelumnya pada Jumat (11/3/2022), tercatat total 5.864.010 kasus positif virus Corona COVID-19. Total sembuh sebanyak 5.335.846 kasus dan meninggal 151.703 kasus.
Belajar dari Inggris yang sudah melakukan uji coba pelonggaran protokol kesehatan, kasus yang menurun sekarang menjadi kembali bertambah. "Belajar dari pengalaman inggris, ketika dilonggarkan begitu saja dan sekarang naik lagi, karena virus masih ada, terutama anaknya omicron BA.2 ini. Di luar negeri, anaknya Omicron ini sudah naik 20%, jadi kita menghadapi virus yang selalu berevolusi dan kita tidak bisa prediksi," jelasnya.
Ditekankan Pandu, melandainya infeksi dipengaruhi oleh imunitas penduduk di Indonesia yang sudah cukup tinggi. Menurutnya, karena sebagian besar penduduk pernah terinfeksi COVID-19 dan melaksanakan vaksinasi penuh.
"Pada November sampai Desember lalu, memang 90% penduduk Indonesia rata-rata sudah imun, mungkin kombinasi pernah terinfeksi dan vaksinasi, tapi ada sekitar 15% yang blank karena belum terinfeksi dan belum vaksinasi," imbuhnya.
Pandu mengkritisi target pemerintah yang dinilai masih rendah dalam mematok target vaksinasi. Ia mendorong pemerintah untuk bisa menaikkan target vaksinasi dari 70 persen menjadi 100 persen.
Pandu menekankan, imunitas menjadi senjata paling penting dalam memerangi virus, termasuk COVID-19. Kematian yang terjadi akibat corona sebagian besar berasal dari kelompok komorbid kronis dan lansia, namun mereka tetap dapat mendapat proteksi dari dosis vaksin lengkap yang diberikan.
"Artinya, imunitas jadi senjata melawan pandemi, jadi vaksin banyak kalau bisa semuanya, kenapa harus 70 persen kalau target harus setinggi-tingginya," paparnya. "Kalau saya beda sama kemenkes, saya targetnya bukan 70%, targetnya 100%, jangan sampai ada yang tertinggal," imbuhnya.
Pandu berharap Indonesia dapat segera keluar dari pandemi dan menuju transisi ke endemi. Namun hal itu harus dilakukan dengan pengetatan protokol kesehatan. Sehingga ia meminta pemerintah saat ini jangan melakukan pelonggaran tanpa pengawasan. (*)
Reporter: Ashar,rls | Editor: Widyawati