Waspada Tingginya DBD, Cegah Sebelum Terlambat !

SURABAYA (Lenteratoday) – Pakar Spesialis Anak Universitas Airlangga (Unair) dr Dwiyanti Puspitasari DTM&H MCTM SpA(K) memberikan perigatan supaya masyarakat waspada pada kasus demam berdarah Dengue (DB) yang belakangan ini marak terjadi di berbabagai daerah. Bahkan, kasusnya cukup tinggi dan DBD merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan virus dan penularannya melalui perantara nyamuk Aedes aegypti.

Untuk diketahui, sejak awal Januari hingga April ini, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo mencapai ribuan pasien. Bahkan dari ribuan pasien DBD tersebut, ada belasan orang yang meninggal dunia.

Bahkan dari data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Jawa Timur, dari bulan Januari hingga minggu ketiga bulan Februari 2024, jumlah kasus DBD telah mencapai 3.638 orang. Artinya data itu sudah terjadi hampir dua bulan yang lalu.

Kemudian, data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo, dari Januari hingga April 2024, jumlah pasien DBD mencapai 1.328 pasien dengan 15 pasien meninggal dunia. Angka tersebut mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan Bulan Maret 2024. Sebab pada sebulan sebelumnya angka pasien DBD barada di angka 993, dengan jumlah pasien meninggal dunia 12 orang.

Kepala Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kabupaten Probolinggo dr Nina Kartika mengatakan ada beberapa daerah yang sejak bulan Maret lalu jadi penyumbang terbanyak.

“Untuk penyumbang pasien DBD terbanyak ada di Kecamatan Paiton, Besuk dan Kraksaan. Kalau untuk penyumbang pasien DBD meninggal dunia terbanyak itu Kecamatan Besuk, Tiris, Kraksaan,” kata dr Nina Kartika, dikutip dari tribune, pada Senin (29/4/2024).

Tingginya curah hujan di wilayah Kabupaten Probolinggo, lanjutnya, serta musim pancaroba jadi salah satu faktor meningkatnya sebaran penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut.

  • – Fase Penting
    Terkait dengan fase ini, Dr Dwiyanti menjelaskan demam berdarah akan diawali dengan peningkatan suhu bahan yang drastis berlangsung pada 3-5 hari. Umumnya, pada hari ke-6, pasien akan mengalami penurunan suhu tubuh, namun pada fase tersebut belum dapat dinyatakan pasien sembuh.

Penurunan demam itu merupakan fase yang krusial atau kritis. Pada fase tersebut, pasien harus mendapatkan perhatian khusus, terutama pada kasus demam berdarah yang berat. Biasanya, pasien akan mengalami rasa dingin di seluruh tubuh, pendarahan, dan bila fatal dapat menyebabkan kematian.

Baca Juga :  Peringatan Hari Otda ke XXVI, Gubernur Khofifah Dorong ASN Proaktif Lahirkan Inovasi

Namun, pada fase itu, pasien dengan demam berdarah ringan akan berangsur membaik pada 3-7 hari mendatang dan masuk pada fase penyembuhan. “Fase-fase tersebut harus dipahami betul untuk mengatasi hal yang tak diinginkan selama terjangkit demam berdarah,” tuturnya.

  • – Tanda Utama
    Dr Dwiyanti menyebutkan, tanda utama harus diketahui jika anak terjangkit demam berdarah. Yakni, demam tinggi yang tak kunjung turun. Ia mengimbau apabila sang anak mengalami demam tinggi dan setelah diberikan obat penurun demam tak kunjung reda, hal itu patut dicurigai.

Selain itu, anak yang terjangkit demam berdarah akan mengalami berbagai perubahan. Biasanya, anak akan terlihat lemas dari sebelumnya, mengalami penurunan nafsu makan, mual, nyeri seluruh tubuh dan radang tenggorokan. Gejala tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata harus segera ditangani.

“Para orang tua harus aware ketika sang anak telah mengalami gejala tersebut dengan rentang waktu tiga hari. Jika tidak berangsur membaik segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut,” katanya.

  • – Tips
    Tak lupa, dr Dwiyanti memberikan tips pencegahan demam berdarah yang dapat dilakukan. Pertama, dengan menerapkan 3M (menguras, mengubur dan menutup). Langkah tersebut setidaknya dapat mencegah adanya pertumbuhan jentik-jentik dan sarang nyamuk.

“Biasanya yang luput dari masyarakat ini pada genangan yang berada di sekitar rumah, seperti genangan air pada bekas botol minuman kemasan, genangan air pada bawah dispenser dan banyaknya pakaian tergantung. Hal tersebut lengah dari perhatian masyarakat,” tambahnya.

Dr Dwiyanti menilai, pemberlakuan fogging sebetulnya kurang efektif karena fogging akan hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa tidak dengan jentik-jentik. Ia menginformasikan, adanya penelitian mengenai nyamuk wolbachia yang dinilai ampuh menurunkan kasus demam berdarah di Yogjakarta.

“Pada dasarnya, nyamuk wolbachia merupakan nyamuk yang telah terinfeksi bakteri wolbachia. Bakteri tersebut akan diturunkan pada keturunan nyamuk lainnya. Hal ini dinilai penyebaran virusnya akan terhambat. Seperti halnya, di Yogjakarta yang berhasil menurunkan kasus demam berdarah dengan program wolbachia,” tuturnya.

Sebagai tambahan, informasi tersebut disampaikan saat gelaran Dokter Unair TV bertajuk “Waspada Demam Berdarah Dengue pada Anak, Cegah Komplikasi Sebelum Terlambat”. (*)

Sumber : Rls Unair | Editor : Lutfiyu Handi

Latest news

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini