
NEW DELHI (Lenteratoday) - India telah mempertahankan gelarnya sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Tingkat pertumbuhan mencapai 8,4% dalam tiga bulan terakhir di tahun 2023.
Data ini muncul ketika negara ini akan mengadakan pemilihan umum tahun ini. Perdana Menteri Narendra Modi memposting di platform media sosial X, yang sebelumnya bernama Twitter, bahwa hal ini menunjukkan "kekuatan ekonomi India dan potensinya".
India diperkirakan akan menyalip Jepang dan Jerman sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia dalam beberapa tahun mendatang.
Pertumbuhan yang lebih baik dari perkiraan ini dipimpin oleh kinerja yang kuat dari para produsen negara ini, dengan sektor ini berkembang sebesar 11,6% pada periode tersebut.
Konsumsi domestik, yang membentuk hampir dua pertiga dari produk domestik bruto (PDB) negara ini, juga meningkat 3,5%.
Daya beli masyarakat terpengaruh tahun lalu karena tingginya harga-harga bahan makanan pokok seperti bawang. Hal ini menyebabkan pemerintah memperkenalkan sejumlah langkah untuk membantu mengekang inflasi harga makanan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Perdana Menteri Modi telah meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan menawarkan insentif untuk mendorong manufaktur telepon, elektronik, drone dan semikonduktor untuk membantu India bersaing di pasar internasional.
Pada hari Kamis, pemerintah memberikan lampu hijau untuk pembangunan tiga pabrik semikonduktor senilai 1,26 triliun rupee atau lebih dari 200 triliun rupiah oleh perusahaan-perusahaan termasuk perusahaan konglomerat India, Tata.
Tetapi sektor pertanian, yang menyumbang sekitar 15% dari ekonomi senilai 3,7 triliun rupee atau sekitar 700 triliun rupiah, terus berjuang karena hujan musim hujan yang lemah.
Beberapa petani telah melakukan protes untuk menuntut harga panen minimum. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan ekonomi India akan tumbuh sebesar 6,5% pada tahun 2024, dibandingkan dengan 4,6% untuk Cina.
Beijing berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk mengumumkan langkah-langkah stimulus untuk mendukung ekonomi terbesar kedua di dunia ini yang sedang menghadapi sejumlah tantangan termasuk krisis pasar properti, masalah pengangguran di kalangan anak muda, dan penurunan harga-harga yang dikenal sebagai deflasi. (*)
Sumber: BBC News
Penerjemah: Lambang (mk) | Editor : Lutfiyu Handi