
BATU (Lenteratoday) - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Batu kembali menelan 1 korban jiwa. Menindaklanjuti hal ini, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu, Susana Indahwati, mengumumkan upaya pencegahan akan diperketat. Mulai dari pengasapan atau fogging, hingga pengoptimalan aktivitas Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di seluruh desa dan kelurahan Kota Batu.
Susan menyebutkan, hingga 8 Maret 2024, Dinkes Kota Batu telah mencatat sebanyak 85 temuan kasus Demam Dengue (DD), 84 DBD, dan 7 kasus Expanded Dengue Syndrome (EDS). Kecamatan Batu, khususnya Kelurahan Temas, menurutnya menjadi wilayah dengan jumlah temuan terbanyak yakni 18 kasus DD, 26 DBD, dan 4 EDS. Dari data tersebut, tercatat dua kasus kematian di trimester awal 2024 ini.
"Kasus kematian pertama di Kelurahan Temas, kemudian yang kedua di Punten. Untuk menindaklanjuti adanya laporan baru di kelurahan Temas, kami telah melakukan penyelidikan epidemiologi di wilayah RT 7 RW 7. Di situ ditemukan bahwa angka bebas jentik (ABJ) hanya mencapai 92,5 persen, di bawah standar minimal 95 persen yang disarankan," ujar Susan, saat dikonfirmasi melalui sambungan selular, Senin (11/3/2024).
Susan mengatakan, berdasarkan pada pedoman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, fogging dapat dilakukan jika ada lebih dari satu penderita DBD di suatu wilayah atau lebih dari 3 orang terduga DBD. Sesuai pedoman tersebut, menurutnya fogging dapat dilakukan dalam rangka pencegahan lebih lanjut, dengan melibatkan seluruh masyarakat.
"Fogging yang pertama dilaksanakan pada 8 Maret 2024 kemarin. Kemudian sesi keduanya dijadwalkan pada Jumat, 15 Maret 2024, mulai pukul 07.30 WIB," tambah Susan.
Dalam konteks pelaksanaan fogging, Susan menekankan beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Di antaranya yakni, pentingnya menyampaikan informasi jadwal kegiatan fogging kepada seluruh masyarakat, terutama kepada warga yang tinggal di wilayah kasus dan hingga radius 200 meter dari wilayah tersebut.
"Sehingga masyarakat bisa bersiap diri, dan bangunan dalam keadaan kosong penghuni. Terutama bagi lansia, ibu hamil, dan balita, agar tidak menghirup partikel-partikel dalam pengasapan tersebut. Selain itu, semua jendela harus dalam keadaan tertutup namun pintu penghubung antar ruangan di dalam rumah dalam keadaan terbuka," jelasnya.
Lebih lanjut, meskipun fogging dianggap sebagai tindakan cepat, namun Sudan menghendaki jika metode ini memiliki keterbatasan. Maka, sambungnya, pencegahan secara menyeluruh harus melibatkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M Plus.
"PSN 3M melibatkan tindakan seperti menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat-tempat potensial perkembangbiakan nyamuk, serta langkah-langkah lainnya untuk memutus rantai penyebaran DBD. Keberhasilan PSN 3M dapat diukur dengan angka bebas jentik (ABJ) minimal 95 persen," tukasnya. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi