
SURABAYA (Lentera) - Menurut data National Diabetes Integration 2025, sekitar 12 persen kasus diabetes tipe 2 di Asia Tenggara lima tahun terakhir dialami oleh anak muda termasuk di Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Program Studi Pendidikan Profesi Dokter FK Untag Surabaya, dr. Dimas Aryo Pamungkas, Sp.PD dalam Medtalk, forum diskusi dan edukasi kesehatan bertema Sweet Trap: Diabetes pada Anak Muda.
“Dulu diabetes identik dengan usia lanjut, sekarang, anak muda juga banyak yang terkena dan jumlahnya terus meningkat,” kata dr. Dimas, Jumat (2/5/2025).
Ia menjelaskan gejala awal diabetes pada usia muda kerap tidak disadari, beberapa diantaranya adalah tubuh mudah lelah tanpa aktivitas berat, sering buang air kecil di malam hari, berat badan turun tanpa sebab jelas hingga kesemutan dan luka yang sulit sembuh. Untuk itu, ia menekankan pentingnya deteksi dini.
dr. Dimas juga menyoroti tingginya konsumsi minuman manis pada remaja. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, konsumsi minuman manis pada usia 17–20 tahun meningkat 20 persen dalam periode 2018–2023.
“Minuman kekinian seperti teh dengan topping atau kopi susu bisa mengandung 60–80 gram gula per porsi, jauh melebihi batas harian yang direkomendasikan, yaitu 50 gram,” jelasnya.
Ia memperingatkan diabetes di usia muda cenderung menyebabkan komplikasi lebih cepat, seperti penyakit jantung dan gangguan ginjal, bahkan 10–15 tahun lebih awal dibandingkan penderita yang terdiagnosis di usia dewasa.
“Justru yang kena di usia muda, komplikasinya lebih cepat dan berat,” tuturnya.
Selain membatasi gula, dr. Dimas mengajak anak muda menerapkan gaya hidup sehat dan aktif. Salah satunya dengan rutin berolahraga minimal 150 menit per minggu serta menjaga pola tidur. Ia mengingatkan bahwa kurang tidur (kurang dari enam jam per hari) bisa meningkatkan risiko diabetes hingga 30 persen.
Dalam Medtalk tersebut, ia juga berbagi pengalaman menangani pasien berusia 22 tahun dengan kadar gula darah mencapai 500 mg/dL yang akhirnya tidak tertolong karena komplikasi akut.
“Ini bukti nyata bahwa diabetes pada usia muda bukan hal sepele,” ujarnya.
Tak lupa, ia mengajak peserta untuk tidak menunggu sakit untuk mulai hidup sehat. “Diabetes itu seperti jebakan manis. Kita merasa baik-baik saja, padahal organ tubuh mulai rusak pelan-pelan. Pencegahan adalah kunci: jaga pola makan, rajin bergerak, dan jalankan work-life balance,” pesannya.
Melalui Medtalk ini, FK Untag Surabaya berharap dapat meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap bahaya diabetes dan pentingnya hidup sehat sejak dini.
Reporter: Amanah/Editor: Ais