
SURABAYA (Lentera) - Belum lama ini masyarakat dihebohkan dengan munculnya komunitas inses di Facebook bernama Fantasi Sedarah, diketahui lebih dari 30 ribu orang bergabung dalam komunitas Facebook tersebut. Bahkan, Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri telah menetapkan 6 orang tersangka yang terlibat dalam grup komunitas menyimpang ini.
Menanggapi hal itu, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Dewi Retno Suminar MSi Psikolog mengatakan ada banyak faktor yang dapat mendasari seseorang memiliki perilaku yang mengarah kepada inses, mulai dari trauma, minimnya nilai agama, sosial, dan faktor lainnya.
“Tidak selalu orang melakukan inses karena trauma, walau memang ada beberapa mengalami trauma relasi sebelumnya. Inses terjadi karena relasi yang selama ini ada di keluarga terjadi secara bebas dan biasanya setting rumah merangsang, untuk melakukan hubungan intim. Atau tidak tersentuh nilai agama sejak kecil,” ucap Dewi, Jumat (23/5/2025).
Selain itu, orang dengan rasa ingin tahu yang tinggi juga mungkin tertarik dengan komunitas semacam ini. Ditambah jika mereka memiliki sifat sulit menolak ajakan orang lain, akan berpotensi menjadi korban hubungan inses.
"Sebab, ada relasi kuasa yang mendorong seseorang sulit menolak, sehingga terjadi hubungan inses yang tidak diinginkan," tuturnya.
Dewi menjelaskan, seseorang harus memiliki pengetahuan dan pendampingan mengenai risiko kesehatan dan reproduksi karena hubungan inses.
Menurutnya, pengetahuan ini sudah seharusnya diberikan sejak dini. Kenyataannya topik mengenai inses seringkali dianggap tabu karena orang dengan hubungan darah dinilai menjadi orang yang justru dapat melindungi.
“Ketika anak memasuki masa baligh, memang harus dipisah untuk tidurnya untuk laki-laki dan perempuan. Kemudian nilai moral tentang relasi laki-laki dan perempuan harus sudah diajarkan sejak sebelum pubertas. Batasan tentang sentuhan harus mulai diajarkan sejak dini,” jelasnya.
Untuk menghindari kecenderungan pada hubungan yang menyimpang, Dewi mengungkapkan langkah preventif yang harus dilakukan. Misalnya dengan mencari komunitas yang memberikan manfaat rohani maupun ragawi.
“Banyak aktivitas yang bersifat fisik yang harus dilakukan. Hal ini agar membuat badan dan pikiran segar karena oksigen yang mengalir dengan baik, sehingga tawaran komunitas yang menyimpang tidak lagi menarik,” tutupnya.
Reporter: Amanah/Editor: Ais