07 June 2025

Get In Touch

Daging Bukan Musuh, Ini Cara Sehat Mengkonsumsi ala Pakar Gizi Unair

Ilustrasi daging. (Pixabay)
Ilustrasi daging. (Pixabay)

SURABAYA (Lentera) – Momen Idul Adha kerap identik dengan konsumsi daging dalam jumlah banyak, sayangnya kebiasaan ini bisa meningkatkan risiko penyakit serius seperti kolesterol tinggi, penyakit jantung, hingga diabetes melitus jika tidak disikapi dengan bijak.

Pakar gizi Universitas Airlangga (Unair), Lailatul Muniroh, SKM., M.Kes mengungkap beberapa kesalahan umum dalam pengolahan dan konsumsi daging.

“Masyarakat sering tidak mengontrol konsumsi daging, apalagi jika disertai jeroan yang tinggi kolesterol, serta metode memasak yang tidak sehat seperti digoreng atau dimasak dengan santan,” ungkapnya, Kamis (5/6/2025).

Lailatul menuturkan, cara mengolah daging sangat berpengaruh terhadap kandungan lemak dan senyawa berbahaya di dalamnya. Metode memasak dengan suhu tinggi seperti membakar atau menggoreng, apalagi hingga gosong, dapat memunculkan senyawa toksik.

“Metode seperti merebus atau mengukus lebih aman secara kimiawi dan tetap mempertahankan nilai gizinya. Memang tidak menghilangkan lemak, tapi jauh lebih sehat,” tuturnya.

Ia juga membantah mitos bahwa mencuci daging dengan air panas atau jeruk nipis bisa mengurangi kolesterol. Menurutnya, kolesterol berada di dalam jaringan otot dan tidak larut dalam air.

“Jadi mencuci daging, meski dengan air panas atau jeruk nipis, tidak akan mengurangi kadar kolesterol,” tambahnya.

Lailatul juga membantah anggapan daging kambing lebih ‘berbahaya’ dibanding daging sapi. Menurutnya, dalam banyak kasus, daging kambing justru mengandung lebih sedikit lemak jenuh dan kalori.

“Yang penting adalah jumlah dan cara pengolahannya. Porsi aman konsumsi daging merah matang sekitar 50–70 gram per sajian, maksimal dua hingga tiga kali seminggu,” jelasnya.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya mengonsumsi daging bersamaan dengan makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah. Dalam hal ini, aerat berfungsi menjaga kadar kolesterol, memperlancar pencernaan, serta menurunkan risiko gangguan metabolik.

“Untuk hasil optimal, daging harus dikombinasikan dengan serat, protein nabati, dan dimasak dengan cara yang sehat. Pola makan itu harus menyeluruh, bukan fokus pada satu jenis makanan saja,” kata Lailatul.

Baginya, daging bukanlah musuh, melainkan perlu dikonsumsi dengan bijak.

“Keseimbangan dan kesadaran adalah kunci. Bukan berarti tidak boleh makan daging, tapi harus tahu kapan cukup dan bagaimana mengolahnya,” tutupnya. 

Reporter: Amanah/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.