13 June 2025

Get In Touch

Pakar Imunolog : Ancaman Covid-19 Belum Sepenuhnya Hilang

Ilustrasi virus. (Pixabay)
Ilustrasi virus. (Pixabay)

SURABAYA (Lentera) – Pakar imunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Dr Agung Dwi Wahyu Widodo, mengingatkan ancaman Covid-19 belum sepenuhnya hilang.

Untuk itu, dia mengingatkan masyarakat agar tidak lengah. “Kita sudah melewati pandemi sekitar empat tahun lalu. Jadi, kalau ada kenaikan sedikit, itu masih bisa dikatakan wajar. Namun, kita tetap harus waspada karena tidak menutup kemungkinan virus ini belum benar-benar hilang. Ia hanya mengalami mutasi menjadi lebih cepat menular,” sebutnya, Selasa (10/6/2025).

Ia menjelaskan, meningkatnya kembali kasus Covid-19 menurut Dr Agung dipicu oleh tiga faktor utama. Ketiga faktor tersebut adalah varian baru virus, penurunan kekebalan populasi, serta perubahan perilaku masyarakat pascapandemi. Kombinasi dari ketiganya menciptakan kondisi yang rawan terhadap penyebaran ulang.

“Varian baru ini merupakan hasil mutasi Omikron, mulai dari JN.1 hingga NB.1.8.1. Varian NB.1.8.1 ini dikenal dengan nama Nimbus. Nimbus memiliki perbedaan struktur spike yang sangat signifikan dari varian Omikron sebelumnya,” jelasnya.

Selain itu, perubahan cuaca juga dinilai berkontribusi menurunkan daya tahan tubuh masyarakat. Menurutnya, musim yang seharusnya panas berubah menjadi dingin dan hujan, kondisi yang ideal bagi penyebaran SARS-CoV-2. Situasi tersebut mirip dengan saat virus pertama kali menyebar secara global.

“Perubahan musim ini memicu penurunan kekebalan tubuh masyarakat. Sementara itu, banyak orang merasa Covid-19 sudah tidak ada sehingga mereka mengabaikan protokol kesehatan. Padahal, tidak adanya pemeriksaan bukan berarti virus benar-benar hilang,” tuturnya.

Ia mengungkapkan, minimnya pemeriksaan dan pelacakan membuat infeksi COVID-19 tidak terdeteksi. Banyak orang yang batuk atau pilek tidak mengetahui apakah ia terinfeksi Covid-19. "Hal ini menyebabkan munculnya infeksi lubuk yang sulit terkendali," tambahnya.

Dr Agung menilai vaksin lama kurang efektif terhadap varian baru. Virus mutasi seperti Omikron dan Nimbus mampu menghindari sistem kekebalan yang terbentuk oleh vaksin generasi awal. Hal ini menjadi tantangan baru dalam menghadapi penyebaran varian mutakhir.

Untuk itu, ia menyarankan agar segera dibuat vaksin baru yang spesifik untuk melawan varian-varian Omikron terkini.

“Kita membutuhkan vaksin baru, sama seperti pada kasus influenza musiman. Vaksin yang diperbarui bisa memberi perlindungan lebih baik,” jelasnya.

Tak lupa, ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga gaya hidup sehat guna memperkuat imunitas. Hal itu mencakup konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, olahraga sesuai kemampuan, serta menghindari stres. 

"Di samping itu, masyarakat harus menerapkan protokol dasar, termasuk memakai masker di tempat umum," tutupnya. (*)

Reporter: Amanah

Editor : Lutfiyu Handi 

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.