15 June 2025

Get In Touch

Ketua GISJ: Cek Kesehatan Mental Dilakukan Tak Harus Menunggu Depresi

Ketua Indonesia Sehat Jiwa, Sofia Ambarini (tengah) meninjau Poli Psikologi di Klinik PMI Kota Malang beberapa waktu lalu. (Santi/Lentera)
Ketua Indonesia Sehat Jiwa, Sofia Ambarini (tengah) meninjau Poli Psikologi di Klinik PMI Kota Malang beberapa waktu lalu. (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Ketua Gerakan Indonesia Sehat Jiwa, Sofia Ambarini mengatakan pengecekan kesehatan mental bisa dilakukan secara rutin dan tidak perlu menunggu, sampai gejala depresi muncul.

Sofia mengakui, memeriksakan kesehatan psikologis masih menjadi hal yang dianggap tabu di sebagian kalangan masyarakat Indonesia. Menurutnya, banyak yang beranggapan berkonsultasi ke psikolog hanya dilakukan saat seseorang mengalami gangguan serius atau terlihat tidak “waras”. Padahal, katanya, pandangan ini harus segera diubah.

"Kita gak harus merasa kenapa-kenapa dulu baru cek. Gak ada gejala pun, boleh kok periksa stress level kita. Karena stres itu naik turun, dan kita bisa tahu kondisi kita lewat pemeriksaan sederhana," ujarnya, dikutip pada Sabtu (14/6/2025).

Sofia menjelaskan, kondisi seperti sulit tidur, kehilangan semangat, atau kesedihan berkepanjangan merupakan gejala awal yang perlu diperhatikan. "Itu tanda-tanda awal. Jangan tunggu sampai depresi dulu baru mencari bantuan (psikolog)," tegasnya.

Terlebih di tengah meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental, fenomena self-diagnosed atau mendiagnosa diri sendiri lewat internet juga semakin marak, terutama di kalangan Gen Z. Sofia menilai kebiasaan ini justru bisa menyesatkan dan membahayakan.

"Self-diagnosed itu tidak dianjurkan. Kalau kita benar-benar ingin tahu kondisi mental kita, datanglah ke tenaga profesional. Jangan menebak-nebak sendiri dari internet," pesannya.

Sayangnya, tak sedikit individu yang akhirnya menunda atau enggan berkonsultasi karena khawatir dengan stigma dari lingkungan sekitar. Konseling ke psikolog, menurutnya masih sering dikaitkan dengan aib atau penyakit kejiwaan.

Sofia juga menekankan, pentingnya membangun budaya konseling dalam kehidupan sehari-hari. Dirinya berharap masyarakat dapat melihat konsultasi psikologis layaknya berobat ke puskesmas saat terkena flu atau batuk.

"Ke psikolog itu bukan berarti Anda sakit jiwa. Sama seperti kita periksa ke dokter karena pilek. Itu bagian dari menjaga kesehatan," paparnya.

Untuk melawan stigma ini, Gerakan Indonesia Sehat Jiwa telah mendirikan Indonesia Sehat Jiwa Academy, sebuah platform edukatif yang secara rutin memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan mental.

Gerakan ini juga mengusung semangat Let's Heal Together, yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama memulihkan cara pandang terhadap isu kesehatan mental. Dengan semakin banyak orang yang teredukasi, diharapkannya stigma perlahan akan terhapus.

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.