21 November 2025

Get In Touch

Produsen Bantah Naikkan Harga Telur: Kalau di Pasar Mahal, Siapa yang Bermain?

Peternak ayam di Blitar (detik)
Peternak ayam di Blitar (detik)

JAKARTA (Lentera) -Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional, Yudianto Yosgiarso, menduga terdapat pihak-pihak yang mempermainkan harga telur sehingga nilai komoditas itu di pasaran melonjak.

Pernyataan itu Yudianto sampaikan dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Stabilisasi Harga Telur Ayam Ras di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan). Yudianto mengatakan, seluruh peternak ayam petelur di Indonesia tidak menjual telur dengan harga di atas batas acuan.

“Saat ini kami menjual dalam koridor Kisman Rp 24.000–Rp 26.500. Tidak pernah naik. Jadi kalau harga di pasar melonjak, ya pertanyaannya, siapa yang bermain?” ujar Yudianto dalam rapat itu, sebagaimana dikutip dari keterangan resmi, Rabu (19/11/2025).

Adapun rapat digelar guna merespons isu kenaikan harga telur ayam ras di sejumlah daerah.

Yudianto menyebut, saat ini tingkat produksi telur nasional surplus. Artinya, tidak ada alasan persoalan stok yang menyebabkan harga telur di pasaran melonjak.

Produksi telur nasional ada di angka 6,4 hingga 6,5 juta ton dan masih tercatat surplus.

Menurutnya, stabilitas harga telur di tingkat peternak ayam petelur tidak terlepas dari kebijakan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

Kebijakan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang diterapkan sejak Oktober, kata dia, membantu produsen telur ayam ras menekan biaya pakan yang memakan ongkos produksi tertinggi dalam bisnis tersebut.

“Pak Menteri hadir ketika kami kesulitan. SPHP jagung sangat membantu dan kami berharap berlanjut untuk menjaga stabilitas di Desember dan Januari,” tuturnya.

Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan pasokan Makan Bergizi Gratis (MBG), peternak ayam petelur diminta menggenjot produksi hingga 700 ribu ton secara bertahap.

“Produksi aman, surplus ada. Tidak ada kekhawatiran pasokan. Kami siap mendukung program nasional,” kata dia, mengutip Kompas.

Pada forum yang sama, Ketua Koperasi Berkah Telur Blitar, Yesi menyebut, kenaikan harga telur di pasaran tidak terkait dengan peternak.

Ia mencontohkan, di Blitar harga telur di tingkat peternak berkisar Rp 24.000 hingga Rp 26.500 per kilogram.

Namun, di pasaran harga telur sudah mencapai Rp 35.000 per kilogram. Ia lantas menduga terdapat peran orang-orang di tingkatan tengah yang memainkan harga telur.

“Ada middleman yang memainkan. Kami juga tidak punya kedaulatan menaikkan harga, kami patuh dengan pemerintah,”kata Yesi.

Menurutnya, jika pemain di tingkat tengah itu mau mencari keuntungan dengan wajar, maka harga telur di pasar tidak melambung tinggi.

Namun, jika dalam rantai penjualan telur terdapat orang yang bermain secara tidak wajar, maka konsumen akan dihadapkan pada kemahalan harga telur.

Menanggapi ini, Amran menyatakan pihaknya akan menindak tegas orang-orang yang memainkan harga telur di pasar.

Menurut Amran, kenaikan harga telur beberapa waktu terakhir tidak signifikan dan bersifat sementara.

“Kenaikannya hanya sedikit, dan dalam waktu dekat insyaallah akan turun. Apalagi harga DOC (day old chick) sudah turun signifikan dari Rp 14.000 menjadi Rp 11.500,” tutur Amran (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.