SURABAYA ( LENTERA ) - Banyak orang tidak menyadari bahwa kelebihan natrium dapat meningkatkan risiko hipertensi, gangguan jantung, hingga penyakit ginjal kronis. Kelompok yang paling rentan terdampak adalah ibu hamil, karena konsumsi natrium berlebih dapat memicu pembengkakan hingga komplikasi serius seperti preeklamsia.
Dokter Spesialis Gizi Klinis, dr. Verawati Sudarma, M.Gizi, SpGK, menjelaskan bahwa kandungan garam pada label pangan sering ditulis dengan istilah berbeda. Pada produk berbahasa Indonesia, garam umumnya dicantumkan sebagai natrium, sedangkan pada produk berbahasa Inggris menggunakan istilah sodium. Ada pula produk yang menuliskan salt, namun yang paling penting untuk diperhatikan tetaplah jumlah natrium yang tercantum dalam informasi nilai gizi.
Menurut dr. Verawati, batas aman konsumsi natrium harian adalah 2.300 miligram per hari. Oleh karena itu, kebiasaan membaca label gizi menjadi sangat krusial sebelum membeli atau mengonsumsi produk kemasan.
Ia menyarankan konsumen memperhatikan persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) natrium per sajian. Jika persentasenya berada di bawah 5 persen, produk tersebut tergolong rendah natrium. Namun, bila sudah mencapai atau melebihi 20 persen, maka kandungan natriumnya tergolong tinggi dan sebaiknya dibatasi.
Natrium tinggi paling sering ditemukan pada makanan yang tampak biasa dikonsumsi sehari-hari. Saus, sambal, dan berbagai jenis condiment menjadi salah satu penyumbang terbesar asupan natrium karena hampir selalu mengandung garam dalam jumlah tinggi. Demikian pula dengan camilan asin yang umumnya telah melalui proses pengolahan dengan penambahan natrium.
Selain itu, makanan olahan yang dipanggang—terutama yang menggunakan mentega atau butter—cenderung memiliki kadar natrium tinggi. Produk kemasan dengan cita rasa gurih juga perlu diwaspadai.
Banyak orang menganggap kaldu sebagai bahan yang alami dan sehat, padahal berbagai jenis bubuk kaldu, bumbu instan, dan penyedap rasa mengandung natrium tinggi yang dapat menumpuk tanpa disadari dalam konsumsi harian. “Berbagai macam kaldu kesannya sehat, tapi sebenarnya sama saja,” ujar dr. Verawati.
Pembahasan mengenai natrium tidak bisa dilepaskan dari risiko hipertensi, terutama pada ibu hamil. dr. Verawati menegaskan bahwa larangan konsumsi mi instan bagi ibu hamil sering kali disalahpahami. Bukan mi instannya yang menjadi masalah utama, melainkan kandungan natriumnya yang sangat tinggi. Asupan natrium berlebih dapat menyebabkan pembengkakan lebih cepat dan meningkatkan risiko preeklamsia.
Tingkatkan Risiko Ginjal Kronis
Dari sisi kesehatan ginjal, natrium sebenarnya merupakan mineral penting yang dibutuhkan tubuh agar dapat berfungsi dengan baik. Natrium yang dikombinasikan dengan klorida membentuk garam dapur, dan secara alami dibutuhkan dalam jumlah kecil. Namun, natrium sering ditambahkan dalam jumlah besar pada makanan olahan, makanan kemasan, serta makanan beku.
Menurut dr. Ivan Porter II, ahli nefrologi dari Mayo Clinic, konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis. Ginjal berfungsi menyeimbangkan kadar natrium dalam tubuh. Jika natrium dikonsumsi secara berlebihan, zat ini dapat menumpuk dalam darah, memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, dan pada akhirnya meningkatkan tekanan darah. Kondisi ini berisiko memicu penyakit jantung, stroke, serta kerusakan ginjal.
dr. Porter menjelaskan bahwa penyakit ginjal kronis terjadi ketika ginjal mengalami gangguan dalam menyaring limbah dan racun dari darah. Natrium yang berlebihan sangat mudah dikonsumsi tanpa disadari karena banyak tersembunyi dalam makanan olahan dan bumbu. Akibatnya, seseorang dapat dengan cepat melampaui kebutuhan natrium harian hingga mencapai tingkat yang membahayakan kesehatan secara keseluruhan.
The American Heart Association (AHA) juga merekomendasikan batas konsumsi natrium maksimal 2.300 miligram per hari, setara dengan sekitar satu sendok teh garam. Untuk mengurangi risiko, dr. Porter menyarankan masyarakat lebih teliti membaca label makanan dan mulai mengganti penggunaan garam dengan bumbu bebas garam atau rempah alami.
Ia menambahkan bahwa pada tahap awal, sebagian kerusakan ginjal akibat konsumsi natrium berlebih masih dapat dihentikan atau bahkan dibalikkan.
Namun, semakin lama kondisi tersebut berlangsung, tingkat kerusakan akan semakin parah dan peluang untuk kembali ke fungsi ginjal yang sehat menjadi semakin kecil. Pada tahap lanjut, penderita bahkan harus mempertimbangkan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi.
Dengan memahami sumber natrium tersembunyi dan membatasi asupan garam harian, risiko hipertensi, gangguan jantung, serta penyakit ginjal kronis dapat ditekan sejak dini, baik pada ibu hamil maupun masyarakat umum.(wud,ist/dya)




