SURABAYA ( LENTERA ) - Pertanyaan ini coba dijawab secara ilmiah oleh Dr Gareth Nye, dosen dan pakar ilmu biomedis dari University of Salford, Inggris. Dalam keterangannya kepada Daily Mirror, Dr Nye mengulas secara rinci hubungan antara pola makan dan sistem imun, sekaligus meluruskan berbagai kesalahpahaman yang kerap beredar di masyarakat.
Sistem Imun Tidak Bisa 'Di-supercharge'
Menurut Dr Nye, pandangan ilmiah secara umum sepakat bahwa pola makan sehat dan beragam sangat penting untuk mendukung kerja sistem imun agar tetap optimal. Asupan nutrisi yang tidak memadai dapat menyebabkan imunodefisiensi, yaitu kondisi ketika tubuh menjadi lebih rentan terserang penyakit karena sistem pertahanannya melemah.
Namun, ia menekankan satu hal krusial yang sering disalahpahami.
“Sistem imun tidak bisa ‘disuperdayakan’ atau ‘ditingkatkan’ melampaui fungsi normalnya. Yang bisa kita lakukan hanyalah memastikan sistem imun bekerja seoptimal mungkin sesuai kapasitas alaminya,” jelas Dr Nye.
Dengan kata lain, tidak ada makanan atau minuman ajaib yang dapat membuat seseorang sepenuhnya kebal terhadap penyakit. Meski demikian, pola makan yang kaya nutrisi tetap berperan penting karena menyediakan bahan baku utama yang dibutuhkan sel-sel imun untuk bekerja efektif dalam melawan infeksi.
Dalam penjelasannya, Dr Nye menyoroti empat jenis vitamin utama yang memiliki peran signifikan dalam mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh, yakni vitamin C, A, D, dan E.
Vitamin C menjadi salah satu yang paling dikenal masyarakat. Nutrisi ini banyak ditemukan dalam buah-buahan seperti jeruk dan stroberi, serta sayuran hijau dan berwarna cerah seperti brokoli, paprika, dan kubis Brussel.
Pandangan ini sejalan dengan keterangan NHS (National Health Service Inggris) yang menyebutkan bahwa vitamin C tidak hanya berfungsi melindungi sel tubuh, tetapi juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit, pembuluh darah, tulang, dan tulang rawan.
Tak hanya vitamin C, vitamin A, D, dan E juga memegang peranan yang tidak kalah penting. Vitamin D, misalnya, menjadi perhatian khusus pada musim dingin karena produksi alaminya dalam tubuh sangat bergantung pada paparan sinar matahari, yang cenderung berkurang pada periode tersebut.
“Vitamin C, A, D, dan E berperan dalam mengatur respons sistem imun, membantu proses perbaikan jaringan, serta menjaga kesehatan sistem pernapasan,” ujar Dr Nye.
“Vitamin-vitamin ini juga memiliki sifat antioksidan yang membantu sel tubuh mengendalikan peradangan dan dampak negatifnya.”
Ia menambahkan, ketika seseorang sedang sakit, tubuh sangat membutuhkan asupan makanan yang kaya buah dan sayuran. Sebaliknya, makanan ultra-proses sebaiknya dihindari. Meski demikian, kebiasaan makan sehat ini tidak hanya bermanfaat saat sakit, tetapi juga penting sebagai langkah pencegahan agar tubuh tidak mudah terserang penyakit sejak awal.
Bagaimana dengan madu yang kerap disebut sebagai obat alami untuk flu dan pilek?
Dr Nye menjelaskan bahwa madu kemungkinan besar tidak mampu mencegah seseorang tertular flu atau pilek, tetapi terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa madu dapat membantu meredakan gejala jika seseorang sudah terlanjur sakit.
Sebuah tinjauan penelitian pada tahun 2020 terhadap 14 studi yang melibatkan hampir 1.800 penderita infeksi saluran pernapasan atas menemukan bahwa konsumsi madu dapat memperbaiki gejala dan bahkan memperpendek durasi sakit hingga satu atau dua hari pada beberapa kasus.
Meski demikian, Dr Nye mengingatkan bahwa temuan tersebut bersifat observasional dan tidak sepenuhnya bisa dijadikan kesimpulan mutlak.
“Penelitian semacam ini memang sulit dikontrol secara sempurna. Namun, madu tetap layak dicoba sebagai pendamping perawatan,” katanya.
Flu dan Pilek Bukan karena Dingin
Dalam kesempatan yang sama, Dr Nye juga meluruskan anggapan umum bahwa flu dan pilek disebabkan oleh udara dingin. Faktanya, kedua penyakit tersebut disebabkan oleh virus, bukan oleh suhu udara.
Cuaca dingin memang dapat membuat tubuh lebih rentan mengalami gejala dan mempermudah penyebaran virus. Namun, faktor utamanya justru berkaitan dengan kebiasaan manusia yang lebih sering berada di dalam ruangan dalam waktu lama, sehingga interaksi dengan orang lain menjadi lebih intens.
Karena itu, ia menyarankan beberapa langkah sederhana namun penting. Harus dipastikan asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi dan penumpukan lendir.
Kemudian mengusahakan tetap mendapatkan udara segar bila memungkinkan. Menjaga kebersihan tangan dengan rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan air hangat
Dr Nye menegaskan bahwa menjaga sistem imun bukan soal mencari satu jenis makanan atau suplemen yang dianggap paling ampuh, melainkan tentang konsistensi menjalani gaya hidup sehat. Pola makan seimbang, kaya vitamin, asupan cairan yang cukup, serta kebiasaan hidup bersih dan aktif merupakan fondasi utama agar tubuh mampu melawan infeksi secara alami.
Sistem imun bukan mesin yang bisa ditingkatkan secara instan. Ia adalah mekanisme kompleks yang membutuhkan perawatan berkelanjutan melalui kebiasaan baik setiap hari.(mir,ist/dya)





