07 April 2025

Get In Touch

Bolehkah Orang Tua Berbohong Demi Kebaikan Anak?

Bolehkah Orang Tua Berbohong Demi Kebaikan Anak?

Surabaya – Kebanyakan orang tua pernah melakukan kebohongan pada anaknya, tentu kebohongan itu punya tujuan baik untuk anak itu sendiri. Kebohongan itu biasanya disebut dengan white lies, lantas boleh tidak orang tua melakukan kebohongan itu?

Namun sebelumnya, perlu seperti apa sebenarnya white lies itu. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes dosen psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya memberikan beberapa contoh white lies. "Ayo, kalau tidak lekas tidur nanti didatangi hantu; Kalau nakal nanti ayah telepon pak polisi; Kalau makanannya tidak dihabiskan nanti ayamnya mati. Selain itu kadang orang tua juga melakukan white lies dengan menjanjikan sesuatu ketika anak merengek meminta sesuatu," Nurul memberikan contoh.

Terkait dengan kebohongan itu, . Nurul Hartini mengatakan meskipun bermaksud baik, namun orang tua perlu mempertimbangkan akibatnya pada perkembangan mental anak. Menurutnya, sering berbohong pada anak dapat menyebabkan nalar anak kurang berkembang dan dapat membuat anak bingung. Selain itu kebohongan orang tua akan menimbulkan tanda tanya dan rasa tidak nyaman pada anak.

“Berbohong sejatinya tidak dibenarkan meskipunbertujuan untuk menyenangkan anak. Sikap dan respon orang tua seharusnyamenyatakan kebenaran dengan bahasa yang tidak menyakiti hati anak denganmemilih cara mengomunikasikan yang bisa diterima anak dengan lapang,” terangNurul.

Sebab anak melihat orang tua sebagai sumber informasi yang akurat dan bisa diandalkan. Ketika orang tua berbohong dan si anak mengetahui kenyataan yang sebenarnya, bukan tak mungkin si anak akan ragu terhadap dirinya sendiri, bahkan meniru perilaku orang tua untuk berbohong.

Dalam penelitian Hays dan Carver di Science Daily, disebutkan bahwa anak cenderung berbohong kepada orang yang juga berbohong kepada mereka. Mereka lalu merasa tak perlu menjunjung komitmen kepada orang yang sudah membohonginya.

Oleh sebab itu, lanjut Nurul, berkomunikasi secara terbuka terhadap anak adalah kunci kesuksesan membangun relasi harmonis orang tua – anak. Strategi berkomunikasi pada setiap anak dan orang tua pasti berbeda karena setiap anak memiliki keunikan dengan karakteristik tertentu.

“Demikian juga setiap tahapan perkembangan anak menunjukkan pola dan seni berkomunikasi yang tidak sama. Kenali dengan benar karakteristik anak melalui relasi attachment (kasih sayang) yang kuat dan positif. Insyaallah orang tua akan mampu membangun komunikasi efektif dengan anak,” jelasnya. (ufi)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.